KARAKTERISTIK KARYA
ILMIAH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat sebagai
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya, diharuskan dalam menyusun sebuah
laporan ilmiah yang juga harus dipertanggungjawabkan pada Ujian Akhir Program. Berdasarkan
pengalaman selama ini, hampir pada setiap mahasiswa mengalami kesulitan dalam
penulisan karya ilmiah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dasar baik teoritis maupun praktis yang diperlukan dalam menyusun karya ilmiah,
sehingga menyebabkan mahasiswa tersebut terlambat dalam menyelesaikan studinya.
Seorang mahasiswa diharapkan
mampu mengungkapkan ide/gagasan dalam bentuk karya ilmiah yang memang kemampuan
menulis tersebut diperlukan latihan yang rutin agar menjadi suatu kebiasaan.
Kaidah-kaidah dalam menulis karya ilmiah tidak hanya cukup dipahami, tetapi
harus diterapkan. Tidak hanya mahasiswa, berbagai pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa para guru dalam kemampuan menulis karya ilmiah yang mengikuti
pendidikan tinggi juga masih belum memadai.
Karya ilmiah mempunyai
ciri khas yang membedakan dari bentuk tulisan lain. Karya ilmiah ialah karangan
yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti bahwa
karangan atau karya tulis tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga
kaitan antara bagian-bagian tersebut sangat jelas dan padu.
Upaya yang perlu
dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah diperlukan kemauan dari dalam
diri untuk lebih mempelajari apa yang menjadi dasar yang perlu dikaji dalam karya ilmiah yang
menyajikan pengetahuan berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan
suatu masalah. Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada fakta atau
data (kajian empirik) atau pada teori-teori yang telah diakui kebenarannya dan mengandung
kebenaran yang obyektif serta kejujuran dalam penulisan.
Dari pemaparan di atas, maka disusun makalah
yang berjudul “Karakteristik Karya Ilmiah”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.2.1
Bagaimanakah struktur penyajian karya
ilmiah?
1.2.2
Bagaimanakah komponen dan substansi karya
ilmiah?
1.2.3
Bagaimanakah sikap penulis dalam karya
ilmiah?
1.2.4
Bagaimanakah penggunaan bahasa yang
digunakan dalam karya ilmiah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut.
1.3.1
Untuk mengetahui struktur penyajian karya
ilmiah.
1.3.2
Untuk mengetahui komponen dan substansi
karya ilmiah.
1.3.3
Untuk mengetahui sikap penulis dalam karya
ilmiah.
1.3.4
Untuk mengetahui penggunaan bahasa yang digunakan
dalam karya ilmiah.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan secara
lebih mendalam mengenai karakteristik karya ilmiah yang dapat dikaji dari
minimal empat aspek, yaitu struktur penyajian karya ilmiah, komponen dan
substansi karya ilmiah, sikap penulis dalam karya ilmiah, serta penggunaan
bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah. Selain itu dapat dijadikan sebagai
bekal dalam membantu pembaca untuk lebih memahami karakteristik karya ilmiah
yang dapat digunakan dalam memudahkan pembaca dalam membuat karya ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Penyajian Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.21) secara
garis besar, struktur penyajian sebuah karya ilmiah terdiri atas bagian
pendahuluan, pokok pembahasan, dan penutup. Dengan demikian, sebuah karya
ilmiah akan selalu mulai dengan suatu pengantar yang menuju ke pokok
pembahasan, dan di akhiri dengan penutup yang dapat berupa simpulan dan
rekomendasi. Pengantar atau yang sering disebut pendahuluan dapat berupa latar
belakang yang menggambarkan pentingnya topik yang akan dibahas, tujuan
penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian
pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang
ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua
paragaraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi-bagi lagi menjadi
subtopik. Karakteristik ini tentu berbeda dari karya non ilmiah, seperti berita
koran, cerita pendek, novel arau tulisan lainnya.
Djuharie (2001:106)
pendahuluan berisi berbagai informasi tentang materi keseluruhan yang disusun
secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran yang jelas serta alternatif
kesimpulan yang akan diambil. Pada bagian pendahuluan berisi latar belakang
masalah, yang mengetengahkan masalah yang telah diidentifikasi sebagai suatu
masalah yang perlu dicari penyelesaiannya; perumusan masalah, yang mengetengahkan ruang lingkup
masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya
dengan diungkapkan secara eksplisit dan diurutkan sesuai dengan
intensitasnya atau pengaruhnya serta berhubungan erat dengan kerangka berpikir;
tujuan penulisan yang mengungkapkan tujuan yang digariskan dengan bertolak dari
tema yang telah dipilih dan kesesuaiannya dengan perumusan masalah; teknik penyusunan
karya ilmiah tersebut serta kerangka berpikir yang akan digunakan dalam
penyelesaiaan karya ilmiah tersebut.
Ferryanto (1997:27) tulisan
yang baik umumnya diawali dengan bagian pendahuluan. Kalimat pertama dalam
pendahuluan harus dipilih terbaik sebab memikat pembaca untuk membaca seluruh
isi tulisan. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan imajinatif,
tetapi megnandung informasi pokok yang hendak dikemukakan.
Pedoman membangun
pendahuluan harus mampu menyediakan informasi yang memadai sebagai latar
belakang bagi pembaca. Ini diperlukan untuk mengerti dan menilai hasil-hasil
yang tertuang dalam laporan atau
makalah, tanpa harus mengacu ke penerbitan sebelumnya untuk topik yang
sama. Informasi itu juga harus mampu mengarahkan pembaca. Pendahuluan yang
dapat menjawab kedua hal ini tidak hanya tergantung dari jenis tulisan yang
dibuat, melainkan juga pada jenis pembaca. Walaupun demikian, pendahuluan harus
mandiri terhadap intisari dan dibuat seolah-olah intisari tidak pernah ada.
Selain itu, dalam menulis pendahuluan, sebaiknya lebih memperhatikan
kepentingan pembaca sehingga di dalam pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih
rinci tujuan, latar belakang, dan alasan pemilihan topik.
Berdasarkan kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendahuluan berisi berbagai informasi tentang materi
keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran
yang jelas serta alternatif kesimpulan yang akan diambil. Selain itu, dalam
pendahuluan perlu memperhatikan kepentingan pembaca sehingga di dalam
pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih rinci tujuan, latar belakang, dan
alasan pemilihan topik. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan
imajinatif.
Wardani (2007:1.23) bagian
inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling
besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang dibahas
atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat
panjang dan dapat pula cukup singkat. Skripsi, tesis, dan desertasi mungkin
mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelempokkan sebagai bagian inti,
sedangkan artikel ilmiah mungkin mencantumkan beberapa sub topik. Namun yang
jelas, bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis
untuk memaparkan proses kajian/penelitian yang dia lakukan, hasil kajian atau
hasil penelitian yang akan diungkapkan, serta pembahasan mengenai hasil
penelitian tersebut. Tentu dalam hal ini termasuk teori yang digunakan sebagai
rujukan dalam melakuka kajian semi dalam memberikan argumentasi untuk
mempertahankan pendapatnya. Bagi pembaca, bagian ini merupakan bagian yang
paling penting untuk mengetahui secara terperinci proses pemikiran yang ingin
dituangkan oleh penulis atau untuk secara lengkap gagasan yang ingin disampaikan.
Dalam bagian pembahasan
harus diuraikan hubungan antara temuan peneliti/penulis dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang relevan, dengan menunjukkan persamaannya dan
membahas perbedaannya. Jika temuannya (misalnya dalam tahun 1994) serupa dengan
penelitian lain yang relevan (misalnya yang dilaksanakan oleh Mien A. Rifai
dalam tahun 1990, ia dapat menuliskan pernyatan “Temuan ini (1994) memperkuat
simpulan Rifai (1990)”. Sebaliknya, jika temuannya berbeda, maka ia dapat pula
mengemukakan alas an keragu-raguannya.
Wardani (2007:1.24) bagian
penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian
pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai
struktur sajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain.
Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau
rekomendasi atau tindak lanjut. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta
terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang
diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut. Berita atau cerita pendek
tidak selalu menutupberita atau ceritanya dengan simpulan dan rekomendasi.
Djuharie (2001:13) dalam
bagian penutup terdapat simpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari masalah
yang diungkapkan dan saran yang ditujukan kepada objek yang berhubungan dengan
tujuan penulisan masalah tersebut. Simpulan merupakan bagian ringkas yang
mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pemboicaraan dengan
memberikan penekana pada ide sentral serta penyelesaiaan dari permaslaahn yang
diungkapkan. Simpulan ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan sebagai
“inti” dari semua uraian yang telah diungkapkan atau dibicarakan serta
penyelesaian persoalan sebagai suatu solusi. Bahasa yang diguanakan dlam simpulan
betul-betul dapat mewakili pokok-pokok persoalan dan penyelesaaiannya yang
diungkapkan di dalam suatu karangan. Dengan menyusun simpulan, penulis dapat
bertolak pada pola bernalar deduksi atau induksi sehingga tampak jelas proses
penyelesaiaan permasalahan yang terdapat di dlaam suatu karangan.
Berikut ini beberapa hal
yang harus mendapat perhatian di dalam menyusun suatu simpulan.
a) Tulisan
simpulan merupakan “inti” dari suatu uraian atau pembicaraan mengarah pada
penyelesaian dari suatu persoalan yang diungkapkan di dalam suatu bahasan arau
karangan;
b) Tulisan
simpulan harus dapat menjiwai bagian uraian yang panjang secara keseluruhan,
sehingga pembaca tidak perlu membaca atau mengingat kembali inti persoalannya;
c) Tulisan
simpulan harus dapat menuntun pembaca dalam memahami kembali ide sentral dari
suatu karangan atau bahasan yang kemudian dihubungkan dengan penyelesaiannya
sebagai suatu solusi.
Ferryanto (1997:53) kesimpulan
sebagai bagian akhir tidak hanya meringkas, melainkan juga membahas pentingnya
hasil-hasil yang diperoleh. Bagian kahir semacam ini cocok untuk laporan pengembangan
atau penelitian, seperti ikthisar dari laporan proyek, perancangan perangkat
atau sistem, pengembangan metode atau proses, dan tinjauan perkembangan bidang
sains dan rekayasa.
Kesimpulan bisa dipakai
dalam laporan pengembangan dan penelitian karena di dalamnya tidak hanya
terdapat ringkasan hasil-hasil yang muncul sesuai dengan isi karya ilmiah
(seperti pada ikthisar), melainkan juga tafsirannya. Kesimpulan yang paling
efektif dapat berupa kritik hasil kerja yang telah kita lakukan, dengan
menyebutkan bagian-bagian yang terpenting, hasil-hasil yang tepat, dan mengapa
hasil yang didapat bisa dikatakan sahih.
Agar kesimpulan
meyakinkan dan dapat dipercaya, kita harus menyertakan beberapa hasil yang
kurang baik, membandingkan dengan hasil yang seharusnya dan menyebutkan
sebab-sebab terjadi kemelesetan. Beberapa karya ilmiah juga menuliskan
hasil-hasil yang berupa ramalan dan menyebutkan beberapa penerapannya.
Pada akhir kesimpulan laporan
internal biasanya diberikan penghargaan dalam bentuk pengakuan untuk bantuan
yang telah diperoleh penulis dalam menyelesaikan pekerjaan. Bantuan ini
merupakan bagian suatu program kerja yang lebih besar, misalnya pemberian
bantuan dalam analisis matematis, perhitungan komputer dari perancangan
parameternya, model-model pengujian atau bahkan lampiran program komputer sebagai
pengembangan penerapan. Dalam kesimpulan karya ilmiah yang diterbitkan untuk
umum, seperti jurnal keilmuan atau skripsi, penghargaan untuk bantuan kerja
tidak usah dicantumkan.
Simpulan merupakan hasil
temuan yang diperoleh harus dipaparkan secara ringkas. Peneliti harus
menghindarkan diri dari pemaparan hasil penelitian secara statistik maupun teknikal. Simpulan hasil penelitian seyogyanya
mengandung isi paparan yang mengindikasikan telah terjawabnya semua
permasalahan yang telah dirumuskan.
Peneliti harus menyusun
sejumlah saran yang mengarah pada kemungkinan perlunya suatu penelitian serupa
dengan memperbaiki keterbatasan rancangan penelitian yang sudah dilakukan. Atau
peneliti harus mengemukakan satu/sejumlah saran yang bersifat implikatif bagi suatu kebijakan makro maupun mikro.
Saran yang diajukan harus berpijak pada
temuan penelitian. Saran yang bersifat terlalu “berlebihan” (over generalization) harus dihindari.
Ferryanto (1997:54) saran
adalah bagian akhir yang cocok untuk topik-topik yang berkenaan dengan urutan
persoalan-persoalan sains dan rekayasa atau analisis situasi yang sudah ada
untuk menentukan tindakan yang terbaik. Contohnya, usulan proyek di bidak sains
dan rekayasa, pemecahan masalah, dan prosedur analisis kesalahan.
Menulis saran merupakan
pekerjaan yang berhubungan dengan kemampuan anailis penulis, dengan analisisnya
itu diharapkan dapat mempengaruhi pembaca untuk menyetujui dan mengakui konsep
yang dijabarkanya.
2.2 Komponen dan Substansi Karya Ilmiah
Sebuah karya tulis selalu
terdiri dari beberapa komponen atau bagian, setiap karya tulis mempunyai bagian
awal, bagian inti, dan bagian penutup. Ketiga bagian ini dapat disebut sebagai
batang tubuh sebuah tulisan. Jika karya-karya lain dapat hanya berupa batang
tubuh tulisan tanpa tambahan maka karya ilmiah menuntut lebih dari itu. Sebuah
karya ilmiah yang paling sederhana, seperti makalah, biasanya paling tidak harus
memuat daftar pustaka atau daftar rujukan yang digunakan oleh penulis sebagai
rujukan dalam mengungkapkan topik/masalah dan dalam memberikan argumentasi.
Karya ilmiah yang berupa artikel ilmiah, lebih-lebih yang akan dipublikasikan
menuntun adanya Abstrak (saripati tulisan) yang dimuat setelah
judul artikel dan nama penulis. Karya ilmiah berupa laporan penelitian juga
mencantumkan lampiran untuk mendukung laporan tersebut. Karya ilmiah berupa
skripsi, tesis, dan disertasi dilengkapi dengan beberapa komponen lain, seperti
abstrak, daftar gambar dan tabel, ucapan terima kasih (kata pengantar), dan
tentu saja daftar pustaka dan lampiran (Wardani, 2007:1.27).
Djuharie (2001:12)
abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian yang merupakan gagasan utama dari suatu
pembahasan yang akan diuraikan. Abstrak digunakan sebagai “jembatan” untuk
memahami uraian umum yang akan disajikan dalam suatu karangan (biasanya karya
ilmiah) terutama untuk memahami ide pokok dan permasalahannya. Dari suatu
abstrak pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis karangan ilmiah tersebut
dan mengetahui gambaran umum dari karangan secara lengkap. Biasanya abstrak
ditempatkan di awal suatu karangan ilmiah, dengan tujuan agar pemabca yang
mempunyai waktu relatif sedikit cukup hanya dengan membaca abstraknya untuk
memahami suatu karya ilmiah secara umum. Untuk itulah maka penulisan abstrak
harus dapat mewakili karangan ilmiah secara keseluruhan. Hal yang perlu
diperhatikan di dalam menulis suatu abstrak, yaitu:
a) Tulisan
abstrak harus dapat menjadi “jembatan” antara pemikiran pembaca dengan penulis
tentang lingkup materi yang diungkapkan di dalam suatu karangan ilmiah;
b) Tulisan
abstrak harus dapat mengungkapkan keseluruhan isi materi yang diuraikan secara
lengkap di dalam suatu karangan ilmiah;
c) Tulisan
abstrak harus dapat menuntun pembaca
(mengkondisikan pembaca) terhadap uraian materi secara lengkap;
d) Tulisan
abstrak merupakan ide pokok suatu uraian, sehingga abstrak harus dapat
membuat pembaca tertarik dan terdorong
rasa ingin tahunya untuk mambaca uraian materi yang lebih lengkap dari suatu
karya ilmiah.
Abstrak biasanya maksimal
terdiri atas 200 kata. Isinya merupakan uraian singkat yang merangkum tujuan
penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian. Pada bagian akhir abstrak
hendaknya dicantumkan kata-kata kunci. Menyusun sebuah abstrak tidak mudah
karena usaha menguraikan secara singkat dibarengi dengan keinginan untuk
memberikan pemerian yang sejelas-jelasnya.
Daftar gambar dalam karya
ilmiah ada kalanya dilengkapi dengan gambar-gambar yang tersebar di sejumlah
halaman yang memang diperlukan untuk memperjelas uraian.
Ada kalanya sebuah sebuah
karya ilmiah menggunakan tabel-tabel yang tersebar di pelbagai halaman. Untuk
memudahkan pembacaan karya ilmiah, perlu sebuah daftar tabel yang pada
hakikatnya berfungsi memperjelas laporan penelitian.
Djuharie (2001:106) kata
pengantar berfungsi mengantarkan pembaca kepada isi atau uraian-uraian yang
terdapat di dalam suatu karangan. Dengan demikian kata pengantar bukan hanya
berisi ucapan terima kasih kepada Tuhan dan orang-orang yang membantu penulisan
karya ilmiah, serta permohonan maaf atas kelemahan-kelemahan karya ilmiah yang
ditulis, melainkan pula berisi gambaran umum tentang bahasan tersebut. Bahkan
dilengkapi pula dengan uraian yang mendorong membangkitkan minat orang lain
untuk membaca karya ilmiah kita. Kata pengantar ditulis pada halaman
tersendiri, artinya tidak bersatu dengan kata lain. Pada akhir kata pengantar,
di sebelah kanan bawah dicantumkan tempat dan tanggal serta nama penyusun.
Pada hakikatnya daftar
pustaka merupakan daftar yang berisi judul, makalah, artikel, atau bahan lain
yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang
dibaca, tetapi tidak dikutip, seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar
pustaka, sedangkan bahan yang dikutip secara langsung dalam teks harus
dicantumkan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka antara lain merangkum unsur
(1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku/artikel, (4) kota tempat
buku diterbitkan. dan (5) nama penerbit.
Ferryanto (1997:61) lampiran
mengandung informasi yang penting untuk naskah, tetapi tidak cukup tepat untuk
dimasukkan dalam batang tubuh naskah. Guna paling umum lampiran menyajikan
penjelasan atau pelengkap secara rinci yang mungkin mengalihkan perhatian
pembaca jika dipaksa diberikan dalam bagian tempat hasil-hasil analisis
diperlukan. Suatu lampiran dapat juga digunakan untuk memberikan daftar program
komputer, hasil-hasil percobaan yang rinci, bukti teorema-teorema atau
keterangan pendukung yang dibutuhkan dalam analisis atau perancangan. Lampiran
yang tidak begitu penting sebaiknya tidak ditambahkan pada karya ilmiah yang
ditujukan pada suatu jurnal, tetapi masih dapat diterima dalam laporan
internal. Jika terdapat lebih dari satu lampiran, hendaknya setiap lampiran
diberi nomor yang jelas agar mudah dirujuk.
Wardani (2007:1.27) substansi
atau materi bahasan karya ilmiah dapat mencakup segala bidang dari yang paling
kecil/sederhana ke yang paling besar/kompleks, dari lumut sampai luar angkasa. Oleh
karena bidangnya demikian luas, substansi karya ilmiah pada umumnya
dikelempokkan sesuai dengan disiplin ilmu. Sejalan dengan pemikiran ini ada
karya ilmiah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial (termasuk di dalamnya
bidang pendidikan, pengetahuan sosial dan ekonomi), ilmu-ilmu eksakta, seperti
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan seni. Khusus unruk artikel
ilmiah, dapat dicari dalam jurnal bidang ilmunya, misalnya Jurnal Ilmu
pendidikan. Dengan membaca berbagai artikel ilmiah, terutama yang relevan
dengan ilmu yang ditekuni, maka akan mempunyai modal dasar untuk menulis karya
ilmah karena menulis karya ilmiah juga berfungsi untuk meningkatkan kampuan
membaca. Dengan banyak membaca, khasanah pengetahuan kita akan menjadi luas
sehingga jika ingin menulis, bekal yang dimiliki sudah cukup memadai.
2.3 Sikap Penulis dalam Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.28) salah
satu ciri karya ilmiah adalah bersifat objektif. Ini berarti penulis berusaha
menyajikan tulisannya berdasarkan fakta dan data yang cukup kuat atau selalu
mendukung argumentasi yang disajikannya dengan berbagai teori yang telah diakui
kebenarannya atau pengalaman empiris yang diakui kalangan luas. Tidak demikian
halnya dengan berita atau cerita, baik novel maupun cerita pendek. Berita
sering memasukkan unsur subjektivitas para penulis berita sehingga
kadang-kadang apa yang diberitakan lebih hebat dari kejadian sebenarnya.
Sebagai akibatnya, sering terjadi tuntutan dari mereka yang merasa dirugikan
oleh berita yang ditulis oleh para wartawan.
Hal ini terjadi karena
penulis berita terlalu banyak memasukkan interpretasi yang keliru sehingga
sering dikatakan memutarbalikkan fakta. Kejadian seperti itu, dapat juga
disebabkan oleh banyaknya informasi yang diterima sehingga terjadi kekeliruan
ketika melakukan interpretasi. Novel atau cerita pendek, lebih-lebih dongeng
merupakan khayalan penulis yang tentu saja tidak selamanya benar meskipun
khayalan tersebut mungkin muncul dari pengamatan penulis pada berbagai realita
kehidupan. Dengan demikian, tingkat kesubjektifan dongeng, novel, cerita pendek
atau jenis cerita lain, sangat tinggi.
Penulis karya ilmiah
harus mampu mengendalikan diri. Dia tidak dapat memutarbalikkan fakta karena dia
harus menyajikan masalah/topik sesuai dengan kenyataanya. Sikap penulis seperti
ini, tercermin dalam gaya bahasa karya ilmiah yang bersifat impersonal, yang
ditandai dengan banyaknya bentuk pasif dan tidak menggunakan kata ganti orang
pertama atau kedua, yang semuanya memberi kesan bahwa penulis mengambil jarak
dari tulisannya. Penggunaan ragam bahasa resmi atau formal membantu penulis
untuk menampilkan sikap ini.
Penulis karya ilmiah juga
bersifat netral, artinya, penulis menyajikan hal-hal yang diakui kebenarannya
oleh orang banyak atau penulis terdahulu. Tentu saja dengan mengutip pendapat
orang lain, berarti penulis memang setuju dengan pendapat atau fakta yang
dikutipnya. Namun, tanda kesetujuan tersebut tidak tersurat di dalam
tulisannya. Terdapat bentuk pasif yang banyak digunakan dalam suatu tulisan ilmiah
dan tidak adanya kata ganti orang pertama, seperti saya atau anda, yang
digunakan disebut dengan tulisan yang bersifat impersonal, yaitu sesuatu yang
bersifat tidak mengenai orang tertentu, tetapi berlaku secara umum. Sikap
seperti ini tentu berbeda dengan sikap penulis pada jenis tulisan lain.
2.4
Penggunaan Bahasa yang digunakan dalam Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.31) bahasa
yang digunakan dalam karya ilmiah adaah ragam bahasa tulis baku. Ragam bahasa
tulis baku dapat dilihat dari kata/istilah dan kalimat yang digunakan.
Kata/istilah yang digunakan adalah kata/istilah baku, yang digunakan dengan
makna yang tepat. Satu istilah atau kata dikatakan baku jika pembentukannya dan
cara penulisannya sesuai dengan kaidah pembentukan kata/istilah bahasa
Indonesia. Berikut ini contoh/istilah baku dan tidak baku.
Contoh
Kata/Istilah/Idiom Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah/Idiom
Baku
|
Kata/Istilah/Idiom
Tidak Baku
|
Menganggu ketenangan
Tidak acuh
Konkret
Sistem
Mengubah
Diberi tahu
Membereskan
Pada saat
Beramai-ramai
Disebabkan oleh
|
Menyatroni ketenanganku
Acuh
Konkret
Sistim
Merubah
Dikasih tahu
Beres-beres
Di saat
Rame-rame
Disebabkan karena
|
Agar
makna kata dapat digunakan secara tepat, kita harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, kata yang kita pilih haruslah
sesuai dengan makna yang kita maksudkan. Misalnya, yang kita maksudkan
seseorang mengamati sebuah bangunan,
kata yang kita pakai adalah “mengamati”. Bukan memandang meskipun kedua kata
tersebut bersinonim atau mempunyai makna yang mirip. Kedua, perhatikan “nilai rasa” dalam menggunakan kata. Misalnya,
kita harus mampu membedakan penggunaan kata kamu, anda, saudara atau pengunaan
kata beliau, mohon, minta, dan sebagainya. Ketiga,
kita harus mampu membedakan arti umum dan arti khusus sebuah kata. Kata yang
digunakan adalah kata dengan arti umum.
Di
samping itu penggunaan kata/istilah baku dengan makna yang tepat, dalam karya
ilmiah kalimat yang digunakan haruslah efektif dan efisien dan mengikuti
kaidah-kaidah penyusunan kalimat. Kalimat dalam karya ilmiah selalu berupa kalimat
lengkap, mengiktui aturan tata bahasa, bernalar, efisien dan hubungan antara
unsur-unsurnya cukup padu.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan dari pembahasan di
atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
3.1.1
Struktur
Penyajian Karya Ilmiah
Struktur penyajian sebuah
karya ilmiah terdiri atas bagian pendahuluan, pokok pembahasan, dan penutup.
Pendahuluan berisi berbagai informasi
tentang materi keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan
pola penalaran yang jelas serta alternatif kesimpulan yang akan diambil. Selain
itu, dalam pendahuluan perlu memperhatikan kepentingan pembaca sehingga di
dalam pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih rinci tujuan, latar belakang,
dan alasan pemilihan topik. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan
imajinatif.
Bagian inti atau pokok
pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses
kajian/penelitian yang dia lakukan, hasil kajian atau hasil penelitian yang
akan diungkapkan, serta pembahasan mengenai hasil penelitian tersebut.
Bagian penutup terdapat simpulan
dan saran, rekomendasi atau tindak lanjut. Semua ini merupakan simpulan kajian
peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang
diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut.
3.1.2
Komponen
dan Substansi Karya Ilmiah
Komponen
karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Karya ilmiah
dilengkapi dengan beberapa komponen lain, seperti daftar gambar dan tabel,
ucapan terima kasih (kata pengantar) termasuk juga lampiran.
3.1.3
Sikap
Penulis dalam Karya Ilmiah
Sikap
penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan
gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
3.1.4
Penggunaan
Bahasa yang digunakan dalam Karya Ilmiah
Bahasa
yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.
3.2 Saran-saran
Adapun saran-saran
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1) Diharapkan
dapat dijadikan sebagai pemberi solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam
penulisan karya ilmiah.
2) Sebagai
inspirasi dan motivasi agar tergiring dan terlatih untuk menghasilkan karya
ilmiah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djuharie,
Setiawan;Suherli. 2001. Panduan Membuat
Karya Tulis.
Bandung: Yrama Widya.
Ferryanto. 1990. Dasar-dasar Penulisan Teknik Laporan dan
Makalah.
Jakarta: Grasindo.


0 komentar:
Post a Comment