Thursday, October 15, 2015

KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH

KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mengingat sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan studinya, diharuskan dalam menyusun sebuah laporan ilmiah yang juga harus dipertanggungjawabkan pada Ujian Akhir Program. Berdasarkan pengalaman selama ini, hampir pada setiap mahasiswa mengalami kesulitan dalam penulisan karya ilmiah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dasar baik teoritis maupun praktis yang diperlukan dalam menyusun karya ilmiah, sehingga menyebabkan mahasiswa tersebut terlambat dalam menyelesaikan studinya.
Seorang mahasiswa diharapkan mampu mengungkapkan ide/gagasan dalam bentuk karya ilmiah yang memang kemampuan menulis tersebut diperlukan latihan yang rutin agar menjadi suatu kebiasaan. Kaidah-kaidah dalam menulis karya ilmiah tidak hanya cukup dipahami, tetapi harus diterapkan. Tidak hanya mahasiswa, berbagai pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa para guru dalam kemampuan menulis karya ilmiah yang mengikuti pendidikan tinggi juga masih belum memadai.
Karya ilmiah mempunyai ciri khas yang membedakan dari bentuk tulisan lain. Karya ilmiah ialah karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti bahwa karangan atau karya tulis tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga kaitan antara bagian-bagian tersebut sangat jelas dan padu.
Upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah diperlukan kemauan dari dalam diri untuk lebih mempelajari apa yang menjadi dasar  yang perlu dikaji dalam karya ilmiah yang menyajikan pengetahuan berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan suatu masalah. Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada fakta atau data (kajian empirik) atau pada teori-teori yang telah diakui kebenarannya dan mengandung kebenaran yang obyektif serta kejujuran dalam penulisan.
 Dari pemaparan di atas, maka disusun makalah yang berjudul “Karakteristik Karya Ilmiah”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1        Bagaimanakah struktur penyajian karya ilmiah?
1.2.2        Bagaimanakah komponen dan substansi karya ilmiah?
1.2.3        Bagaimanakah sikap penulis dalam karya ilmiah?
1.2.4        Bagaimanakah penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui struktur penyajian karya ilmiah.
1.3.2        Untuk mengetahui komponen dan substansi karya ilmiah.
1.3.3        Untuk mengetahui sikap penulis dalam karya ilmiah.
1.3.4        Untuk mengetahui penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan secara lebih mendalam mengenai karakteristik karya ilmiah yang dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur penyajian karya ilmiah, komponen dan substansi karya ilmiah, sikap penulis dalam karya ilmiah, serta penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah. Selain itu dapat dijadikan sebagai bekal dalam membantu pembaca untuk lebih memahami karakteristik karya ilmiah yang dapat digunakan dalam memudahkan pembaca dalam membuat karya ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Struktur Penyajian Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.21) secara garis besar, struktur penyajian sebuah karya ilmiah terdiri atas bagian pendahuluan, pokok pembahasan, dan penutup. Dengan demikian, sebuah karya ilmiah akan selalu mulai dengan suatu pengantar yang menuju ke pokok pembahasan, dan di akhiri dengan penutup yang dapat berupa simpulan dan rekomendasi. Pengantar atau yang sering disebut pendahuluan dapat berupa latar belakang yang menggambarkan pentingnya topik yang akan dibahas, tujuan penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua paragaraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi-bagi lagi menjadi subtopik. Karakteristik ini tentu berbeda dari karya non ilmiah, seperti berita koran, cerita pendek, novel arau tulisan lainnya.
Djuharie (2001:106) pendahuluan berisi berbagai informasi tentang materi keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran yang jelas serta alternatif kesimpulan yang akan diambil. Pada bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, yang mengetengahkan masalah yang telah diidentifikasi sebagai suatu masalah yang perlu dicari penyelesaiannya; perumusan  masalah, yang mengetengahkan ruang lingkup masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya  dengan diungkapkan secara eksplisit dan diurutkan sesuai dengan intensitasnya atau pengaruhnya serta berhubungan erat dengan kerangka berpikir; tujuan penulisan yang mengungkapkan tujuan yang digariskan dengan bertolak dari tema yang telah dipilih dan kesesuaiannya dengan perumusan masalah; teknik penyusunan karya ilmiah tersebut serta kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penyelesaiaan karya ilmiah tersebut.
Ferryanto (1997:27) tulisan yang baik umumnya diawali dengan bagian pendahuluan. Kalimat pertama dalam pendahuluan harus dipilih terbaik sebab memikat pembaca untuk membaca seluruh isi tulisan. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan imajinatif, tetapi megnandung informasi pokok yang hendak dikemukakan.
Pedoman membangun pendahuluan harus mampu menyediakan informasi yang memadai sebagai latar belakang bagi pembaca. Ini diperlukan untuk mengerti dan menilai hasil-hasil yang tertuang dalam laporan atau  makalah, tanpa harus mengacu ke penerbitan sebelumnya untuk topik yang sama. Informasi itu juga harus mampu mengarahkan pembaca. Pendahuluan yang dapat menjawab kedua hal ini tidak hanya tergantung dari jenis tulisan yang dibuat, melainkan juga pada jenis pembaca. Walaupun demikian, pendahuluan harus mandiri terhadap intisari dan dibuat seolah-olah intisari tidak pernah ada. Selain itu, dalam menulis pendahuluan, sebaiknya lebih memperhatikan kepentingan pembaca sehingga di dalam pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih rinci tujuan, latar belakang, dan alasan pemilihan topik.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendahuluan  berisi berbagai informasi tentang materi keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran yang jelas serta alternatif kesimpulan yang akan diambil. Selain itu, dalam pendahuluan perlu memperhatikan kepentingan pembaca sehingga di dalam pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih rinci tujuan, latar belakang, dan alasan pemilihan topik. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan imajinatif.
Wardani (2007:1.23) bagian inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang dibahas atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula cukup singkat. Skripsi, tesis, dan desertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelempokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencantumkan beberapa sub topik. Namun yang jelas, bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kajian/penelitian yang dia lakukan, hasil kajian atau hasil penelitian yang akan diungkapkan, serta pembahasan mengenai hasil penelitian tersebut. Tentu dalam hal ini termasuk teori yang digunakan sebagai rujukan dalam melakuka kajian semi dalam memberikan argumentasi untuk mempertahankan pendapatnya. Bagi pembaca, bagian ini merupakan bagian yang paling penting untuk mengetahui secara terperinci proses pemikiran yang ingin dituangkan oleh penulis atau untuk secara lengkap gagasan yang ingin disampaikan.
Dalam bagian pembahasan harus diuraikan hubungan antara temuan peneliti/penulis dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, dengan menunjukkan persamaannya dan membahas perbedaannya. Jika temuannya (misalnya dalam tahun 1994) serupa dengan penelitian lain yang relevan (misalnya yang dilaksanakan oleh Mien A. Rifai dalam tahun 1990, ia dapat menuliskan pernyatan “Temuan ini (1994) memperkuat simpulan Rifai (1990)”. Sebaliknya, jika temuannya berbeda, maka ia dapat pula mengemukakan alas an keragu-raguannya.
Wardani (2007:1.24) bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai struktur sajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau rekomendasi atau tindak lanjut. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut. Berita atau cerita pendek tidak selalu menutupberita atau ceritanya dengan simpulan dan rekomendasi.
Djuharie (2001:13) dalam bagian penutup terdapat simpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari masalah yang diungkapkan dan saran yang ditujukan kepada objek yang berhubungan dengan tujuan penulisan masalah tersebut. Simpulan merupakan bagian ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pemboicaraan dengan memberikan penekana pada ide sentral serta penyelesaiaan dari permaslaahn yang diungkapkan. Simpulan ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan sebagai “inti” dari semua uraian yang telah diungkapkan atau dibicarakan serta penyelesaian persoalan sebagai suatu solusi. Bahasa yang diguanakan dlam simpulan betul-betul dapat mewakili pokok-pokok persoalan dan penyelesaaiannya yang diungkapkan di dalam suatu karangan. Dengan menyusun simpulan, penulis dapat bertolak pada pola bernalar deduksi atau induksi sehingga tampak jelas proses penyelesaiaan permasalahan yang terdapat di dlaam suatu karangan.
Berikut ini beberapa hal yang harus mendapat perhatian di dalam menyusun suatu simpulan.
a)      Tulisan simpulan merupakan “inti” dari suatu uraian atau pembicaraan mengarah pada penyelesaian dari suatu persoalan yang diungkapkan di dalam suatu bahasan arau karangan;
b)      Tulisan simpulan harus dapat menjiwai bagian uraian yang panjang secara keseluruhan, sehingga pembaca tidak perlu membaca atau mengingat kembali inti persoalannya;
c)      Tulisan simpulan harus dapat menuntun pembaca dalam memahami kembali ide sentral dari suatu karangan atau bahasan yang kemudian dihubungkan dengan penyelesaiannya sebagai suatu solusi.
Ferryanto (1997:53) kesimpulan sebagai bagian akhir tidak hanya meringkas, melainkan juga membahas pentingnya hasil-hasil yang diperoleh. Bagian kahir semacam ini cocok untuk laporan pengembangan atau penelitian, seperti ikthisar dari laporan proyek, perancangan perangkat atau sistem, pengembangan metode atau proses, dan tinjauan perkembangan bidang sains dan rekayasa.
Kesimpulan bisa dipakai dalam laporan pengembangan dan penelitian karena di dalamnya tidak hanya terdapat ringkasan hasil-hasil yang muncul sesuai dengan isi karya ilmiah (seperti pada ikthisar), melainkan juga tafsirannya. Kesimpulan yang paling efektif dapat berupa kritik hasil kerja yang telah kita lakukan, dengan menyebutkan bagian-bagian yang terpenting, hasil-hasil yang tepat, dan mengapa hasil yang didapat bisa dikatakan sahih.
Agar kesimpulan meyakinkan dan dapat dipercaya, kita harus menyertakan beberapa hasil yang kurang baik, membandingkan dengan hasil yang seharusnya dan menyebutkan sebab-sebab terjadi kemelesetan. Beberapa karya ilmiah juga menuliskan hasil-hasil yang berupa ramalan dan menyebutkan beberapa penerapannya.
Pada akhir kesimpulan laporan internal biasanya diberikan penghargaan dalam bentuk pengakuan untuk bantuan yang telah diperoleh penulis dalam menyelesaikan pekerjaan. Bantuan ini merupakan bagian suatu program kerja yang lebih besar, misalnya pemberian bantuan dalam analisis matematis, perhitungan komputer dari perancangan parameternya, model-model pengujian atau bahkan lampiran program komputer sebagai pengembangan penerapan. Dalam kesimpulan karya ilmiah yang diterbitkan untuk umum, seperti jurnal keilmuan atau skripsi, penghargaan untuk bantuan kerja tidak usah dicantumkan.
Simpulan merupakan hasil temuan yang diperoleh harus dipaparkan secara ringkas. Peneliti harus menghindarkan diri dari pemaparan hasil penelitian secara statistik  maupun teknikal. Simpulan hasil penelitian seyogyanya mengandung isi paparan yang mengindikasikan telah terjawabnya semua permasalahan yang telah dirumuskan.
Peneliti harus menyusun sejumlah saran yang mengarah pada kemungkinan perlunya suatu penelitian serupa dengan memperbaiki keterbatasan rancangan penelitian yang sudah dilakukan. Atau peneliti harus mengemukakan satu/sejumlah saran yang bersifat implikatif  bagi suatu kebijakan makro maupun mikro. Saran yang diajukan harus  berpijak pada temuan penelitian. Saran yang bersifat terlalu “berlebihan” (over generalization) harus dihindari.
Ferryanto (1997:54) saran adalah bagian akhir yang cocok untuk topik-topik yang berkenaan dengan urutan persoalan-persoalan sains dan rekayasa atau analisis situasi yang sudah ada untuk menentukan tindakan yang terbaik. Contohnya, usulan proyek di bidak sains dan rekayasa, pemecahan masalah, dan prosedur analisis kesalahan.
Menulis saran merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan kemampuan anailis penulis, dengan analisisnya itu diharapkan dapat mempengaruhi pembaca untuk menyetujui dan mengakui konsep yang dijabarkanya.



2.2  Komponen dan Substansi Karya Ilmiah
Sebuah karya tulis selalu terdiri dari beberapa komponen atau bagian, setiap karya tulis mempunyai bagian awal, bagian inti, dan bagian penutup. Ketiga bagian ini dapat disebut sebagai batang tubuh sebuah tulisan. Jika karya-karya lain dapat hanya berupa batang tubuh tulisan tanpa tambahan maka karya ilmiah menuntut lebih dari itu. Sebuah karya ilmiah yang paling sederhana, seperti makalah, biasanya paling tidak harus memuat daftar pustaka atau daftar rujukan yang digunakan oleh penulis sebagai rujukan dalam mengungkapkan topik/masalah dan dalam memberikan argumentasi. Karya ilmiah yang berupa artikel ilmiah, lebih-lebih yang akan dipublikasikan menuntun adanya Abstrak (saripati tulisan) yang dimuat setelah judul artikel dan nama penulis. Karya ilmiah berupa laporan penelitian juga mencantumkan lampiran untuk mendukung laporan tersebut. Karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertasi dilengkapi dengan beberapa komponen lain, seperti abstrak, daftar gambar dan tabel, ucapan terima kasih (kata pengantar), dan tentu saja daftar pustaka dan lampiran (Wardani, 2007:1.27).
Djuharie (2001:12) abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian yang merupakan gagasan utama dari suatu pembahasan yang akan diuraikan. Abstrak digunakan sebagai “jembatan” untuk memahami uraian umum yang akan disajikan dalam suatu karangan (biasanya karya ilmiah) terutama untuk memahami ide pokok dan permasalahannya. Dari suatu abstrak pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis karangan ilmiah tersebut dan mengetahui gambaran umum dari karangan secara lengkap. Biasanya abstrak ditempatkan di awal suatu karangan ilmiah, dengan tujuan agar pemabca yang mempunyai waktu relatif sedikit cukup hanya dengan membaca abstraknya untuk memahami suatu karya ilmiah secara umum. Untuk itulah maka penulisan abstrak harus dapat mewakili karangan ilmiah secara keseluruhan. Hal yang perlu diperhatikan di dalam menulis suatu abstrak, yaitu:
a)      Tulisan abstrak harus dapat menjadi “jembatan” antara pemikiran pembaca dengan penulis tentang lingkup materi yang diungkapkan di dalam suatu karangan ilmiah;
b)      Tulisan abstrak harus dapat mengungkapkan keseluruhan isi materi yang diuraikan secara lengkap di dalam suatu karangan ilmiah;
c)      Tulisan abstrak  harus dapat menuntun pembaca (mengkondisikan pembaca) terhadap uraian materi secara lengkap;
d)     Tulisan abstrak merupakan ide pokok suatu uraian, sehingga abstrak harus dapat membuat  pembaca tertarik dan terdorong rasa ingin tahunya untuk mambaca uraian materi yang lebih lengkap dari suatu karya ilmiah.
Abstrak biasanya maksimal terdiri atas 200 kata. Isinya merupakan uraian singkat yang merangkum tujuan penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian. Pada bagian akhir abstrak hendaknya dicantumkan kata-kata kunci. Menyusun sebuah abstrak tidak mudah karena usaha menguraikan secara singkat dibarengi dengan keinginan untuk memberikan pemerian yang sejelas-jelasnya. 
Daftar gambar dalam karya ilmiah ada kalanya dilengkapi dengan gambar-gambar yang tersebar di sejumlah halaman yang memang diperlukan untuk memperjelas uraian.
Ada kalanya sebuah sebuah karya ilmiah menggunakan tabel-tabel yang tersebar di pelbagai halaman. Untuk memudahkan pembacaan karya ilmiah, perlu sebuah daftar tabel yang pada hakikatnya berfungsi memperjelas laporan penelitian.
Djuharie (2001:106) kata pengantar berfungsi mengantarkan pembaca kepada isi atau uraian-uraian yang terdapat di dalam suatu karangan. Dengan demikian kata pengantar bukan hanya berisi ucapan terima kasih kepada Tuhan dan orang-orang yang membantu penulisan karya ilmiah, serta permohonan maaf atas kelemahan-kelemahan karya ilmiah yang ditulis, melainkan pula berisi gambaran umum tentang bahasan tersebut. Bahkan dilengkapi pula dengan uraian yang mendorong membangkitkan minat orang lain untuk membaca karya ilmiah kita. Kata pengantar ditulis pada halaman tersendiri, artinya tidak bersatu dengan kata lain. Pada akhir kata pengantar, di sebelah kanan bawah dicantumkan tempat dan tanggal serta nama penyusun.
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan daftar yang berisi judul, makalah, artikel, atau bahan lain yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca, tetapi tidak dikutip, seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar pustaka, sedangkan bahan yang dikutip secara langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka antara lain merangkum unsur (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku/artikel, (4) kota tempat buku diterbitkan. dan (5) nama penerbit.
Ferryanto (1997:61) lampiran mengandung informasi yang penting untuk naskah, tetapi tidak cukup tepat untuk dimasukkan dalam batang tubuh naskah. Guna paling umum lampiran menyajikan penjelasan atau pelengkap secara rinci yang mungkin mengalihkan perhatian pembaca jika dipaksa diberikan dalam bagian tempat hasil-hasil analisis diperlukan. Suatu lampiran dapat juga digunakan untuk memberikan daftar program komputer, hasil-hasil percobaan yang rinci, bukti teorema-teorema atau keterangan pendukung yang dibutuhkan dalam analisis atau perancangan. Lampiran yang tidak begitu penting sebaiknya tidak ditambahkan pada karya ilmiah yang ditujukan pada suatu jurnal, tetapi masih dapat diterima dalam laporan internal. Jika terdapat lebih dari satu lampiran, hendaknya setiap lampiran diberi nomor yang jelas agar mudah dirujuk.
Wardani (2007:1.27) substansi atau materi bahasan karya ilmiah dapat mencakup segala bidang dari yang paling kecil/sederhana ke yang paling besar/kompleks, dari lumut sampai luar angkasa. Oleh karena bidangnya demikian luas, substansi karya ilmiah pada umumnya dikelempokkan sesuai dengan disiplin ilmu. Sejalan dengan pemikiran ini ada karya ilmiah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, pengetahuan sosial dan ekonomi), ilmu-ilmu eksakta, seperti Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan seni. Khusus unruk artikel ilmiah, dapat dicari dalam jurnal bidang ilmunya, misalnya Jurnal Ilmu pendidikan. Dengan membaca berbagai artikel ilmiah, terutama yang relevan dengan ilmu yang ditekuni, maka akan mempunyai modal dasar untuk menulis karya ilmah karena menulis karya ilmiah juga berfungsi untuk meningkatkan kampuan membaca. Dengan banyak membaca, khasanah pengetahuan kita akan menjadi luas sehingga jika ingin menulis, bekal yang dimiliki sudah cukup memadai.

2.3  Sikap Penulis dalam Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.28) salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat objektif. Ini berarti penulis berusaha menyajikan tulisannya berdasarkan fakta dan data yang cukup kuat atau selalu mendukung argumentasi yang disajikannya dengan berbagai teori yang telah diakui kebenarannya atau pengalaman empiris yang diakui kalangan luas. Tidak demikian halnya dengan berita atau cerita, baik novel maupun cerita pendek. Berita sering memasukkan unsur subjektivitas para penulis berita sehingga kadang-kadang apa yang diberitakan lebih hebat dari kejadian sebenarnya. Sebagai akibatnya, sering terjadi tuntutan dari mereka yang merasa dirugikan oleh berita yang ditulis oleh para wartawan.
Hal ini terjadi karena penulis berita terlalu banyak memasukkan interpretasi yang keliru sehingga sering dikatakan memutarbalikkan fakta. Kejadian seperti itu, dapat juga disebabkan oleh banyaknya informasi yang diterima sehingga terjadi kekeliruan ketika melakukan interpretasi. Novel atau cerita pendek, lebih-lebih dongeng merupakan khayalan penulis yang tentu saja tidak selamanya benar meskipun khayalan tersebut mungkin muncul dari pengamatan penulis pada berbagai realita kehidupan. Dengan demikian, tingkat kesubjektifan dongeng, novel, cerita pendek atau jenis cerita lain, sangat tinggi.
Penulis karya ilmiah harus mampu mengendalikan diri. Dia tidak dapat memutarbalikkan fakta karena dia harus menyajikan masalah/topik sesuai dengan kenyataanya. Sikap penulis seperti ini, tercermin dalam gaya bahasa karya ilmiah yang bersifat impersonal, yang ditandai dengan banyaknya bentuk pasif dan tidak menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua, yang semuanya memberi kesan bahwa penulis mengambil jarak dari tulisannya. Penggunaan ragam bahasa resmi atau formal membantu penulis untuk menampilkan sikap ini.
Penulis karya ilmiah juga bersifat netral, artinya, penulis menyajikan hal-hal yang diakui kebenarannya oleh orang banyak atau penulis terdahulu. Tentu saja dengan mengutip pendapat orang lain, berarti penulis memang setuju dengan pendapat atau fakta yang dikutipnya. Namun, tanda kesetujuan tersebut tidak tersurat di dalam tulisannya. Terdapat bentuk pasif yang banyak digunakan dalam suatu tulisan ilmiah dan tidak adanya kata ganti orang pertama, seperti saya atau anda, yang digunakan disebut dengan tulisan yang bersifat impersonal, yaitu sesuatu yang bersifat tidak mengenai orang tertentu, tetapi berlaku secara umum. Sikap seperti ini tentu berbeda dengan sikap penulis pada jenis tulisan lain.

2.4 Penggunaan Bahasa yang digunakan dalam Karya Ilmiah
Wardani (2007:1.31) bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adaah ragam bahasa tulis baku. Ragam bahasa tulis baku dapat dilihat dari kata/istilah dan kalimat yang digunakan. Kata/istilah yang digunakan adalah kata/istilah baku, yang digunakan dengan makna yang tepat. Satu istilah atau kata dikatakan baku jika pembentukannya dan cara penulisannya sesuai dengan kaidah pembentukan kata/istilah bahasa Indonesia. Berikut ini contoh/istilah baku dan tidak baku.
Contoh Kata/Istilah/Idiom Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah/Idiom Baku
Kata/Istilah/Idiom Tidak Baku
Menganggu ketenangan
Tidak acuh
Konkret
Sistem
Mengubah
Diberi tahu
Membereskan
Pada saat
Beramai-ramai
Disebabkan oleh
Menyatroni ketenanganku
Acuh
Konkret
Sistim
Merubah
Dikasih tahu
Beres-beres
Di saat
Rame-rame
Disebabkan karena

            Agar makna kata dapat digunakan secara tepat, kita harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, kata yang kita pilih haruslah sesuai dengan makna yang kita maksudkan. Misalnya, yang kita maksudkan seseorang mengamati sebuah bangunan, kata yang kita pakai adalah “mengamati”. Bukan memandang meskipun kedua kata tersebut bersinonim atau mempunyai makna yang mirip. Kedua, perhatikan “nilai rasa” dalam menggunakan kata. Misalnya, kita harus mampu membedakan penggunaan kata kamu, anda, saudara atau pengunaan kata beliau, mohon, minta, dan sebagainya. Ketiga, kita harus mampu membedakan arti umum dan arti khusus sebuah kata. Kata yang digunakan adalah kata dengan arti umum.
            Di samping itu penggunaan kata/istilah baku dengan makna yang tepat, dalam karya ilmiah kalimat yang digunakan haruslah efektif dan efisien dan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan kalimat. Kalimat dalam karya ilmiah selalu berupa kalimat lengkap, mengiktui aturan tata bahasa, bernalar, efisien dan hubungan antara unsur-unsurnya cukup padu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai  berikut.
3.1.1   Struktur Penyajian Karya Ilmiah
Struktur penyajian sebuah karya ilmiah terdiri atas bagian pendahuluan, pokok pembahasan, dan penutup. Pendahuluan  berisi berbagai informasi tentang materi keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran yang jelas serta alternatif kesimpulan yang akan diambil. Selain itu, dalam pendahuluan perlu memperhatikan kepentingan pembaca sehingga di dalam pendahuluan perlu dimasukkan secara lebih rinci tujuan, latar belakang, dan alasan pemilihan topik. Untuk itu, perlu dipilih pernyataan yang jelas dan imajinatif.
Bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kajian/penelitian yang dia lakukan, hasil kajian atau hasil penelitian yang akan diungkapkan, serta pembahasan mengenai hasil penelitian tersebut.
Bagian penutup terdapat simpulan dan saran, rekomendasi atau tindak lanjut. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut.
3.1.2   Komponen dan Substansi Karya Ilmiah
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Karya ilmiah dilengkapi dengan beberapa komponen lain, seperti daftar gambar dan tabel, ucapan terima kasih (kata pengantar) termasuk juga lampiran.


3.1.3   Sikap Penulis dalam Karya Ilmiah
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
3.1.4   Penggunaan Bahasa yang digunakan dalam Karya Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

3.2 Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1)      Diharapkan dapat dijadikan sebagai pemberi solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam penulisan karya ilmiah.
2)      Sebagai inspirasi dan motivasi agar tergiring dan terlatih untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Djuharie, Setiawan;Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis.
Bandung: Yrama Widya.

Ferryanto. 1990. Dasar-dasar Penulisan Teknik Laporan dan Makalah.
Jakarta: Grasindo.

Wardani, dkk. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.

0 komentar:

Post a Comment