PENULISAN
KARYA ILMIAH
(Teknik
Menulis dan Kemampuan Berpikir Ilmiah )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hasil pemikiran baik konseptual
maupun yang disertai bukti empirik tidak banyak berguna jika tidak
disebarluaskan. Meskipun beragam cara dapat digunakan untuk menyebarluaskan
hasil pemikiran tersebut, media yang banyak digunakan untuk
mengkomunikasikannya adalah media cetak, dengan kata lain melalui tulisan.
Makin efektif tulisan yang dibuat makin tinggi kemungkinan tulisan dipahami
pembaca. Untuk menghasilkan tulisan yang efektif tentu dibutuhkan keterampilan
teknik menulis yang memadai. Membicarakan teknik menulis artinya membicarakan
cara mengemas ide dalam bentuk tulisan sedemikian rupa sehingga orang yang
membaca tulisan tersebut dapat menangkap ide yang ingin disampaikan dengan
benar.
Penguasaan teknik menulis sendiri
berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah. Kaitan kedua hal ini terletak pada
tantangan yang ada dalam proses menyampaikan ide secara tertulis dengan
menerapkan kaidah ilmiah seperti kelayakan ide, kelengkapan materi, keaslian,
dan kejelasan. Konsistensi penerapan kaidah ilmiah dalam penulisan akan
mempengaruhi kemampuan berpikir ilmiah seseorang. Salah satu penerapan teknik
menulis dan berpikir ilmiah tersebut dapat diterapkan dalam sebuah karya
ilmiah. Karya ilmiah adalah laporan tertulis
dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar
atau simposium, dan artikel
jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan
ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah
tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya.
Di perguruan
tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan
karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi
(tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil,
tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada
mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan
penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam
bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan
kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan
penelitian.
Untuk keperluan di atas maka
disusunlah makalah ini yang di dalamnya membahas mengenai hal-hal yang
diperhatikan dalam menulis karya ilmiah, teknik menulis artikel konseptual,
teknik menulis laporan dan artikel pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
yakni:
1.2.1
Apa saja
hal-hal yang diperhatikan dalam menulis
karya ilmiah?
1.2.2
Bagaimana teknik
menulis artikel konseptual?
1.2.3
Bagaimana teknik
menulis laporan dan artikel penelitian?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah
ini yakni, sebagai berikut .
1.3.1
Untuk mengetahui hal-hal
yang diperhatikan dalam menulis karya ilmiah.
1.3.2
Untuk mengetahui
teknik menulis artikel konseptual.
1.3.3
Untuk mengetahui
teknik menulis laporan dan artikel pendidikan.
1.4
Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan pembaca terutama
para calon pendidik agar dapat memahami hal-hal yang diperhatikana
dalam menulis karya ilmiah, teknik menulis artikel konseptual, dan teknik
menulis laporan serta artikel pendidikan sehingga dapat diterapkan dalam
melaksanakan suatu penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menulis Karya Ilmiah
Karya ilmiah
memiliki tujuan dan khayalak sasaran yang jelas. Namun dalam karya ilmiah aspek
komunikasi tetap memegang peranan utama. Penulisan karya ilmiah bukan hanya
untuk mengekspresikan pikiran tetapi juga untuk menyampaikan hasil pemikiran
konseptual dan penemuan yang disertai bukti empirik. Menulis karya ilmiah
merupakan suatu proses kerja yang tidak mudah tetapi hasilnya akan bermanfaat
untuk berbagai pihak baik penulis, pembaca maupun ilmu pengetahuan itu sendiri.
Proses penulisan karya ilmiah memerlukan tahapan telaah dan evaluasi yang
menyeluruh terhadap konsep pemikiran atau hasil yang pernah dilakukan dan
ditemukan dalam bidang yang akan kita tulis. Langkah ini diperlukan untuk
mendekatkan kita dengan bidang yang akan kita tulis sehingga memungkinkan kita
untuk memposisikan ide kita pada ilmu tersebut serta menentukan kebaruan dan
signifikansi ide kita.
Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa hubungan menulis dengan berpikir ilmiah terletak pada
kesamaan antara persyaratan untuk menghasilkan tulisan yang layak
disebarluaskan dengan persyaratan dalam berpikir ilmiah. Keduanya menuntut
kejernihan berpikir, akurasi dan tanggung jawab.
1)
Kualitas
Presentasi
Menurut Brotowidjojo (dalam Wardani, 2007:
3.6), persyaratan sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah
sebagai berikut.
a. Tulisan
ilmiah menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik atau menyajikan
fakta objektif secara sistematis.
b. Tulisan
ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan.
c. Tulisan
ilmiah disusun secara sistematis dengan setiap langkah direncanakan secara
terkendali, konseptual dan prosedural.
d. Tulisan
ilmiah menyajikan rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan alasan yang
mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
e. Tulisan
ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis.
f. Tulisan
ilmiah ditulis secara tulus.
g. Tulisan
ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris.
Lebih jauh, Hidayat (dalam Wardani, 2007: 3.6)
menyebutkan empat tabu untuk dilakukan penulisan ilmiah yaitu :
a) mengakui
tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri (plagiatisme)
b) menukangi
(memanipulasi) data
c) menutupi
kebenaran dengan sengaja
d) menyulitkan
pembaca
Kemudian menurut Utorodewo (dalam Wardani, 2007: 3.7)
secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah dilihat
dari penggunaan bahasa yaitu :
a. pemilihan
kata tepat dan tunggal, tidak remang nalar atau mendua makna.
b. tepat
mendefinisikan setiap istilah, sifat dan pengertian yang digunakan agar tidak
menimbulkan kerancuan atau keraguan.
c. singkat,
berlandaskan ekonomi bahasa.
2)
Tulisan
yang Komunikatif
Berikut ini lima pedoman
untuk menghasilkan tulisan yang komunikatif yang diambil dari Publication Manual of the American
Psychological Association (dalam Wardani, 2007: 3.7).
a. Gaya
menulis. Apa pun gaya menulis yang sesuai untuk kita, pastikan bahwa gaya
tersebut mampu membuat tulisan kita dimengerti dengan jelas oleh pembaca.
b. Penyampaian
ide. Semua pikiran harus disampaikan dengan teratur.
c. Haluskan
ekspresi. Tulisan ilmiah dan tulisan kreatif memiliki tujuan yang berbeda.
d. Penggunaan
tanda baca. Tanda baca membantu menjaga kesinambungan dengan memperlihatkan
hubungan antar ide.
e. Penggunaan
kata sambung. Kata sambung membantu menjaga alur pikir, terutama jika materi
yang ingin disampaikan kompleks atau abstrak.
2.2 Teknik Menulis Artikel Konseptual
Keterampilan
menulis dapat ditingkatkan dengan mencoba beragam teknik menulis. Tulisan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Laporan
atau artikel hasil penelitian
b. Artikel
konseptual
a.
Artikel konseptual
Artikel hasil penelitian dan
artikel konseptual kadang terlihat sama strukturnya, tetapi artikel konseptual
hanya memberikan informasi empiris jika hal tersebut mempengaruhi teori atau
konsep yang ditawarkan. Penulis menelusuri perkembangan teori dan konsep untuk
mempertajam dan menghaluskan konstruk teori atau konsep. Pada umumnya, penulis
menawarkan teori atau konsep baru. Alternatifnya penulis menganalisis teori
atau konsep yang ada, menunjukkan kelemahan dari teori ataupun konsep tersebut maupun
menunjukkan kekuatan teori atau konsep tersebut dibandingkan teori atau konsep
yang lain. Pada artikel teori konseptual ini, penulis pada umumnya memeriksa
konsistensi internal atau konsistensi eksternal dari suatu konsep, misalkan
apakah sebuah teori atau konsep bertentangan.
Sistem
Pendidikan Terbuka
Sesungguhnya,
konsep pendidikan terbuka sudah dikenal jauh sebelum tahun 1980an yaitu sejak
mulai populernya konsep pembelajaran individual (sekitar akhir 1960an awal
1970an). Pembelajaran individual menenpatkan siswa sebagai fokus dari segala proses belajar dan proses mengajar.
Siswa berinisiatif dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, mereka dapat menentukan apa
yang dipelajari, mereka dapat belajar dimana saja , kapan saja, dengan cara
bagaimana saja, menggunakan apa saja, dan mereka sendiri dapat mengukur kinerja mereka bilamana
diperlukan dan dikehendaki. Di awal tahun 1960an, Skinner muncul dengan
teorinya Programmed Learning dan
alatnya yang dikenal dengan nama the
teaching machine sebagai langkah awal dalam pengembangan pembelajaran individual . Selanjutnya
penelitian dengan pembelajaran individual terus dilakukan, sekaligus dilengkapi
dengan perkembangan teknologi informasi, sampai pada konsep virtual learning (proses belajar maya)
melalui jaringan internet.
Istilah
sistem pendidikan terbuka sebagai terjemahan dalam istilah bahasa Inggris open education sering kali digunakan sebagai istilah yang sama
maknanya dengan sistem pendidikan jarak jauh (distance education). Hal ini terutama disebabkan oleh popularitas
nama open university dari Inggris
yang sesungguhnya merupakan suatu lembaga pendidikan jarak jauh. Istilah
‘terbuka’ dalam sistem pendidikan terbuka sebenarnya lebih berarti bebas dari
keterbatasan dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem pendidikan
jarak jauh. Dewal (1986) mengatakan bahwa sistem pendidikan jarak jauh lebih
mengacu kepada sistem penyampaian proses
pembelajaran maka sistem pendidikan terbuka mengacu kepada struktur organisasi pendidikan,
menjadi sutau sistem organisasi terbuka dalam empat hal, tempat, waktu, materi
pembelajaran dan
sistem pembelajaran. Sebuah
organisasi pendidikan jarak jauh dapat saja menerapkan sistem pendidikan terbuka,
begitu juga sebaliknya sebuah organisasi pendidikan terbuka dapat saja menerapkan
sistem pendidikan jarak jauh. Sementara
itu menurut Folks (1987), pendidikan terbuka merupakan pola pikir dan
pendekatan yang digunakan memnyediakan beragam pilihan dalam belajar bagi
mahasiswa, serta memberikan sebanyak mungkin kembali siswa untuk menentukan hal
yang dipelajari. Cunningham (1987) menyatakan bahwa pendidikan terbuka sama
dengan self managed learning (proses
belajar yang dikelola sendiri).
Pada
dasarnya ahli pendidikan terbuka berpendapat bahwa pendidikan terbuka membuka
kesempatan belajar kepada segala lapisan dan kelompok masyarakat sehingga
memungkinkan mereka memiliki kebebasan pilihan dalam belajar. Dalam hal ini
termasuk juga membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat terhadap pendidikan
dan menyediakan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk mengendalikan
pengelolaan proses belajar. Menurut beberapa ahli sistem pendidikan terbuka
adalah:
1)
Sistem dimana pembatasan terhadap siswa diusahakan
seminial mungkin. Sistem pendidikan terbuka menggunakan beragam strategi
belajar pembelajaran, khususnya belajar mandiri dan pembelajaran individu (independent and individual learning)
(Coffey, 1977);
2)
Pengaturan memungkinkan seseorang untuk belajar pada
waktu, tempat dan kecepatan yang dipilihnya. Penekanan pada pemberian
kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua orang tanpa harus terhambat secara
geografis, secara personal sosial ekonomi karena pekerjaan atau karena struktur
sistem pendidikan konvensional (Manpower Service Commission, 1984);
3)
Bentuk pembelajaran yang dirancang secara fleksibel
untuk memenuhi beragam kebutuhan individu siswa. Sering kali digunakan sebagai
cara untuk menghilangkan hambatan bagi siswa yang tidak dapat hadir dalam
bentuk pembelajaran konvensional dan berfokus pada siswa (Lewis & Spencer,
1986);
4)
Beragam
kesempatan belajar yang bertujuan untuk memberikan akses bagi siswa terhadap
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tidak mungkin diperoleh melalui
kesempatan lain serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendalikan proses belajarnya (Dixon, 1987);
5)
Merupakan
sebuah pola pikir daripada suatu metode pembelajaran yang unik (Jack, 1988);
6)
Suatu sistem
yang tidak hanya berurusan dengan masalah akses, tetapi juga berurusan dengan
masalah pemberian kesempatan yang merata bagi semua orang untuk berhasil (Holt
& Bonnici, 1988)
Konsep inti
dari definisi yang diberikan adalah “siswa memiliki kebebasan memilih”. Siswa
bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka, mereka memiliki kebebasan
untuk menentukan kecepatan belajar, tempat belajar, waktu belajar, dan proses
belajar mereka. Peraturan dan tata tertib yang diberlakukan oleh organisasi
pendidikan terbuka adalah minimal.
Pada
akhirnya menurut Lewis dan Spencer (1986), sistem pendidikan terbuka yang
sangat berfokus pada siswa bertujuan untuk menghasilkan individu yang mandiri
dan otonom. Untuk mencapai tujuan tersebut, mulai dari awal proses
pembelajaran, siswa sudah diberikan kesempatan untuk memilih dan mengelola
proses belajarnya sendiri. Dalam hal ini, organisasi pendidikan terbuka
berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar siswa dengan menyediakan
beragam pilihan (bentuk, jenis, ruang lingkup, isi) bahan ajar, beragam media
pembelajaran, beragam layanan bantuan belajar, beragam pilihan penilaian hasil
belajar.
Ragam
pilihan bahan ajar yang digunakan dalam
sistem pendidikan terbuka sama dengan pilihan bahan ajar dalam sistem pendidikan jarak jauh. Jika
dalam sistem pendidikan jarak jauh ragam pilihan bahan ajar merupakan media
penyampaian ilmu pengetahuan yang menggantikan pengajar maka dalam sistem pendidikan
terbuka ragam pilihan bahan ajar merupakan media penyampaian ilmu pengetahuan
yang disediakan untuk dipilih siswa secara bebas. Bahan ajar dan media
pembelajaran dalam sistem pendidikan terbuka dapat dipilih siswa sebagai sumber
utama pengganti kehadiran pengajar, sebagai sumber utama di samping kehadiran pengajar atau
sebagai sumber utama ditambah dengan layanan bantuan belajar (tutorial kelompok
belajar dan lain-lain). Pilihan
siswa dalam hal bahan ajar tidak hanya mencakup bentuk, jenis, ruang lingkup,
dan atau isi tetapi juga mencakup titik awal mulai proses belajar. Oleh karena itu bahan ajar dalam
sistem pendidikan terbuka dikenal dengan nama bahan ajar fleksibel.
Pada
beberapa organisasi pendidikan yang menerapkan sistem pendidikan terbuka, istilah
‘terbuka’ juga berarti terbuka dalam hal kriteria pendaftaran siswa. Misalnya
Ramkhahaeng University di Thailand merupakan organisasi pendidikan yang
menerapkan sitem pendidikan terbuka yang menerima siswa secara terbuka tanpa
ada persyaratan apapun. Dapat saja seorang siswa tidak memiliki ijazah formal
sekolah menengah namun menjadi siswa perguruan tinggi melalui proses experiential learning (pengakuan dan
penilaian pengalaman seseorang untuk ekuivalensi mata kuliah)
Dengan
semua kebebasan yang disediakan dan demi mempertahankan kredibilitas,
barangkali satu-satunya hal yang dikendalikan oleh organisasi pendidikan
terbuka adalah standardisasi kriteria pemberian sertifikat atau kriteria
kelulusan. Namun, untuk mencapai kelulusan tersebut siswa boleh memilih dan
menempuh seribu satu macam cara, sesuai dengan beragam macam pilihan yang
disediakan organisasi pendidikan.
Jika ada
sistem pendidikan terbuka maka akan ada sistem pendidikan tertutup. Kedua
sistem tersebut membentuk garis kontinum mulai dari yang paling terbuka pada
satu sisi sampai yang paling tertutup pada sisi yang lain. berdasarkan
pengertian tentang sistem pendidikan terbuka, sistem yang paling terbuka
memberikan peluang kebebasan terluas untuk siswa memilih. Meskipun demikian
pada praktiknya tidak ada oraganisasi pendidikan yang terbuka pada semua aspek
atau yang tertutup pada semua aspek. Yang ada hanya derajat keterbukaan dan
ketertutupan suatu organisasi pendidikan yang berbeda-beda berdasarkan
(kebutuhan) pangsa pasar, kemampuan sistem dan lingkungan di mana organisasi
itu berada.
Artikel di atas merupakan artikel
konseptual karena artikel tersebut dilengkapi informasi empiris yang relevan,
menawarkan teori atau konsep baru atau membandingkan teori/konsep satu dengan
yang lainnya.
b.
Kelayakan Ide dan Cara Penyampaian
Salah satu metode yang dapat
membantu menghasilkan tulisan yang berkualitas tinggi adalah dengan
memperhatikan kelayakan ide dan cara penyampaian. Berikut ini perincian langkah
yang perlu dilakukan pada saat memutuskan untuk menulis artikel konseptual.
1) Timbang
dengan matang kelayakan ide yang akan dituangkan dalam tulisan.
2) Secara
kritis telaah kualitas materi yang akan ditulis dan tanyakan kepada diri
sendiri apakah materi tersebut (cukup) penting untuk dipublikasikan.
3) Pertanyakan
keaslian materi. Keaslian di sini lebih difokuskan pada sudut pandang bukan
pada esensi materi itu sendiri. Di dunia ini tidak ada satu pun yang
betul-betul asli dalam pengertian belum pernah dibahas orang lain. Sedangkan
yang ada adalah kumpulan pendapat dan fakta tentang satu materi di mana
pendapat dan fakta inilah yang pada dasarnya “membentuk” materi tersebut.
4) Pastikan
kejelasan materi. Kejelasan materi merujuk pada adanya kesamaan persepsi
tentang materi yang akan ditulis.
Sementara itu dari aspek penyampaian, Publication Manual of the American
Psychological Association (2001) memberikan rambu-rambu yang berkaitan
dengan panjang tulisan dan pilihan judul yang dipilih dalam tulisan.
1) Panjang
tulisan. Tulisan yang bertele-tele dapat menyesatkan topik inti yang ingin
disampaikan.
2) Judul.
Hati-hati pada saat menentukan hierarki ide yang akan disampaikan dan gunakan
judul untuk menyampaikan urutan dan tingkat kepentingan. Judul dapat membantu
pembaca untuk dengan cepat melihat outline artikel dan tingkat kepentingan dari
bagian artikel.
3) Nada.
Pada saat menjelaskan hasil penelitian, sampaikan ide dan temuan dengan
langsung, tetapi lakukan dengan cara yang menarik sehingga mampu merefleksikan
keterlibatan kita dengan masalah.
c.
Struktur
Artikel Konseptual
Untuk menghasilkan karya tulis
konseptual yang baik dapat digunakan struktur yang pada dasarnya terdiri dari
judul, abstrak, pendahuluan, diskusi, dan referensi.
1)
Judul
Meskipun fungsi utama judul adalah
memberi informasi kepada pembaca tentang konsep yang dibahas, judul juga dapat
dimanfaatkan sebagai pernyataan isi materi untuk abstraksi dan jasa informasi.
Judul yang baik dengan mudah disingkat menjadi judul yang lebih singkat untuk
keperluan editorial dan running head.
Judul sering kali diindeks dan dikompilasi untuk berbagai keperluan. Untuk itu,
hindari kata-kata yang tidak ada gunanya, hindari menggunakan singkatan.
Rekomendasi untuk judul adalah 10-12 kata. Ingat juga bahwa judul yang tepat
merupakan salah satu syarat yang diminta dari artikel konseptual.
2)
Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat dan
lengkap dari isi artikel yang memungkinkan pembaca untuk melihat isi artikel
dengan cepat. Abstrak yang dipersiapkan dengan matang merupakan paragraf terpenting
dalam tulisan kita. Hampir semua pembaca memulai kontak pertama mereka dengan
tulisan dengan melihat abstrak. Penggunaan kata kunci akan memudahkan pembaca
untuk menemukan artikel kita. Abstrak yang baik memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a. Akurat. Pastikan
bahwa abstrak yang benar merefleksikan tujuan dan isi tulisan. Jangan
memasukkan informasi yang tidak ada dalam tulisan.
b. Utuh.
Definisikan semua singkatan (kecuali unit
ukuran) dan terminologi khusus. Lebih baik menuliskan ke dalam kalimat yang
berbeda daripada mengutip langsung pernyataan yang ada dalam badan artikel.
Masukkan kata kunci untuk keperluan pengindeksan.
c. Ringkas dan spesifik.
Buat setiap kalimat informatif semaksimal dan seringkas mungkin, terutama
kalimat utama. Abstrak sebaiknya tidak melebihi 1000 karakter atau kira-kira
120 kata, meskipun hal ini tergantung media yang akan memuat tulisan kita.
Mulai abstrak dengan informasi yang paling penting (tetapi jangan
membuang-buang kata dengan mengulang judul). Kalimat pertama dapat berisi
tujuan, hasil atau kesimpulan.
d. Jangan menilai. Jangan
menilai, menambahkan atau mengomentari apa yang ada dalam badan tulisan.
Abstrak untuk artikel konseptual disarankan sebanyak 75-100 kata dengan
memasukkan hal-hal berikut.
·
Topik dalam satu kalimat
·
Tujuan, hipotesis, ruang lingkup artikel
·
Sumber yang digunakan (misalnya observasi
personal, literatur yang dipublikasikan)
·
Kesimpulan
3)
Pendahuluan
a. Perkenalkan
teori atau konsep yang akan dibahas. Tulisan dibuka dengan pengantar yang
memberikan teori atau konsep khusus yang dibahas. Pada saat menulis bagian
pendahuluan, perhatikan :
·
Apa inti teori atau konsep yang akan
dibahas?
·
Bagaimana peta teori atau konsep saat ini?
·
Apa implikasi bahasan teori atau konsep
yang ditawarkan?
Pendahuluan yang bagus menjawab
pertanyaan tersebut dalam satu atau dua paragraf dengan cara menyingkat
argumentasi yang relevan sehingga pembaca dapat membayangkan apa, bagaimana,
dan mengapa hal tersebut dilakukan.
b. Kembangkan
latar belakang
·
Diskusikan literatur yang relevan
secukupnya. Asumsikan bahwa pembaca sudah memiliki pemahaman awal tentang topik
yang kita tulis sehingga tidak memerlukan seluruh studi pustaka.
·
Sitasi dan kredit pada penelitian dan
pemikiran sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab ilmiah penulis. Hal
ini sangat penting untuk menunjukkan perkembangan ilmu. Pada saat yang
bersamaan, rujuk hanya referensi yang benar-benar terkait dengan materi yang
dibahas.
·
Pada saat meringkas penelitian atau
pemikiran sebelumnya, hindari kesimpulan umum tetapi tekankan pada hasil-hasil
yang terkait, metode yang relevan, dan kesimpulan penting.
·
Berikan kesinambungan logis dari sejarah
perkembangan teori atau konsep dan kaitannya dengan teori atau konsep yang kita
tawarkan.
·
Bahas konsep dengan cukup kedalaman dan
kejelasan sehingga dapat mencakup seluas mungkin target pembaca yang kita tuju.
Jangan sampai niat untuk singkat membuat kita menulis pernyataan yang terlalu
ringkas sehingga hanya sedikit pembaca yang dapat memahami.
4)
Diskusi
Setelah memaparkan peta teori atau
konsep, kita dapat mendiskusikan posisi kita terhadap teori atau konsep yang
diajukan. Buka diskusi dengan pernyataan yang jelas tentang penunjang dan
penentang teori atau konsep kita. Jangan hanya mereformulasikan dan mengulang
pernyataan yang sudah dibuat. Hindari polemik dan pembandingan teori yang lemah
dalam diskusi. Dua aspek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Apa
yang sudah saya sumbangkan?
b. Bagaimana
pemikiran saya dapat memperkaya bahasan teori atau konsep?
Jawaban dari dua pertanyaan ini
adalah kunci dari kontribusi kita dan pembaca berhak mendapatkan jawaban yang
jelas, tidak membingungkan dan langsung.
5)
Referensi
Semua rujukan yang digunakan dalam
artikel harus dicantumkan dalam daftar pustaka dan semua rujukan harus muncul
dalam teks. Daftar pustaka harus tepat, tidak bertele-tele. Pilih referensi
dengan hati-hati dan akurat. Jika kita merujuk pada sembilan karya tulis, maka
kesembilan rujukan ini harus dicantumkan di bagian referensi.
2.3 Teknik Menulis Laporan dan Artikel
Penelitian
2.3.1 Karakteristik Laporan dan Artikel
Penelitian
Laporan penelitian
merupakan satu kesatuan utuh dokumen yang menuliskan setiap langkah dan hasil
yang didapat dari suatu kegiatan penelitian. Pada laporan atau artikel yang
ditulis berdasarkan hasil penelitian, penulis melakukan empat hal berikut.
a. Mendefinisikan
dan mengklarifikasi masalah.
b. Menyingkat
temuan sebelumnya untuk menginformasikan kepada pembaca tentang posisi
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan.
c. Mengidentifikasi
hubungan, kontradiksi, jurang (jarak), dan inkonsistensi dalam literatur.
d. Mengusulkan
langkah selanjutnya untuk memecahkan masalah.
Bartol (1981) menyebutkan
empat hal yang harus dihindari pada saat peneliti memutuskan untuk menuliskan
hasil penelitian yaitu:
a. Memecah
satu penelitian menjadi beberapa artikel yang overlapping;
b. Hanya
melaporkan satu korelasi meskipun korelasi tersebut signifikan tetapi sangat
sedikit manfaat yang bisa didapat dari hubungan tersebut;
c. Laporan
hasil yang negatif tanpa menyebutkan alat analisis yang digunakan;
d. Masalah
sudah terlalu banyak dibahas.
Dalam satu penelitian,
tidak jarang kita membahas beberapa variabel. Yang harus dihindari adalah
melaporkan hasil penelitian ke dalam beberapa artikel terpisah karena memungkinkan
variabel dan bahasan yang sama muncul berulang kali. Juga tidak adil jika kita
melaporkan hasil yang negatif tanpa cukup penjelasan tentang hasil tersebut
(bagaimana prosedur pemilihan sampel, instrumen yang digunakan, statistik yang
diterapkan, asumsi yang mendasari penggunaan statistik, sampai sejauh mana
inferensi yang dimungkinkan dari penggunaan statistik yang diterapkan.
Di samping empat hal yang
harus dihindari, Bartol (1981) menyebutkan tujuh faktor yang harus diperhatikan
pada saat kita bermaksud menuliskan laporan penelitian sebagai berikut.
1)
Apakah pertanyaan dalam penilitian
signifikan, dan kerja yang dilakukan asli dan penting?
2)
Apakah instrumen yang digunakan telah menunjukkan reliabilitas dan validitas yang
memuaskan?
3)
Apakah hasil yang diperoleh dengan jelas
berkaitan dengan variabel yang dituju dalam penelitian?
4)
Apakah desain penelitian secara lengkap
dan tidak meragukan telah menguji hipotesis yang ditetapkan?
5)
Apakah partisipan benar-benar mencerminkan
keterwakilan populasi yang dibuat dalam penelitian sehingga generalisasi yang
dilakukan dapat diterima?
6)
Apakah peneliti menerapkan standar etika
jika dilakukan dalam memberi perlakuan terhadap partisipan?
7)
Apakah penelitian sudah berada pada tahap
siap dipublikasikan temuannya?
Tujuh aspek ini harus
dijawab dengan memuaskan sebelum kita dapat memulai menulis laporan atau
artikel berdasarkan hasil satu penelitian.
2.3.2 Aspek Dalam Laporan Penelitian
Laporan penelitian yang
berhasil adalah laporan yang dibaca dan dipahami target pembacanya. Untuk
mencapai tujuan ini Asosiasi Psikologi Amerika menerbitkan Publication Manual of the American Psychological Assosiatioc (2001)
yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menulis laporan dan artikel
penelitian. Dari sumber tersebut, berikut ini tujuh aspek yang harus
diperhatikan oleh penulis laporan dan artikel penelitian.
a.
Halaman
Judul
Judul harus merupakan pernyataan singkat dari topik
utama dan mengidentifikasi variabel atau teori yang dibahas dalam artikel serta
hubungan di antara variabel tersebut. Judul harus dapat menjelaskan secara
jelas apa yang akan ditemukan pembaca dalam laporan atau artikel. Judul yang
baik dengan mudah disingkat menjadi judul yang lebih singkat untuk keperluan
editorial dan running head. Judul
sering kali diindeks dan dikompilasi untuk berbagai keperluan. Untuk itu,
hindari kata-kata yang tidak ada gunanya karena hanya akan memperpanjang judul
dan dapat dapat menyesatkan indeks.
b.
Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat dan lengkap dari isi
artikel yang memungkinkan pembaca untuk melihat isi artikel dengan cepat. Hampir
semua pembaca akan memulai kontak pertama mereka dengan laporan atau artikel
dengan melihat abstrak. Abstrak harus penuh dengan informasi, tetapi enak
dibaca, terorganisasi, ringkas, dan utuh. Penggunaan kata kunci akan memudahkan
pembaca untuk menemukan artikel kita. Saran untuk abstrak dari studi empirik (±
120 kata).
1)
Masalah yang diteliti satu kalimat.
2)
Subjek spesifikasi karakteristik utama
seperti jumlah, tipe, jenis kelamin, umur.
3)
Metode penelitian (termasuk alat, cara
pengumpulan data, nama tes).
4)
Temuan, tingkat signifikan statistik.
5)
Kesimpulan dan implikasi.
c.
Pendahuluan
Bagian pendahuluan dapat
dibagi ke dalam tiga unsur berikut ini.
1)
Perkenalkan
masalah. Artikel dibuka dengan pengantar yang memberikan
masalah khusus yang diteliti dan menjelaskan strategi penelitian. Pada saat
menulis pendahuluan, perhatikan hal-hal berikut.
a)
Apa inti penelitian?
b)
Bagaimana hipotesis dan desain penelitian
berkaitan dengan masalah?
c)
Apa implikasi teoritis dari penelitian dan
bagaimana penelitian berkaitan dengan penelitian lain di bidang ini?
d) Apa
preposisi teori yang diuji dan bagaimana mereka diturunkan?
Pendahuluan yang bagus menjawab
pertanyaan tersebut dalam satu atau dua paragraf dengan jalan menyingkat
argumentasi dan data yang relevan.
2)
Kembangkan
latar belakang
a)
Diskusikan literatur yang relevan
secukupnya. Telaah ilmiah yang diberikan diharapkan dapat memberikan sejarah ringkas,
tetapi komprehensif serta menyentuh tonggak sejarah yang penting di isu yang
dibahas dalam artikel.
b)
Sitasi dan kredit pada penelitian dan
pemikiran sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab ilmiah penulis. Hal
ini sangat penting untuk menunjukkan perkembangan ilmu.
c)
Pada saat meringkas penelitian/pemikiran
sebelumnya, hindari kesimpulan umum, tetapi tekankan pada hasil-hasil yang
terkait, metode yang relevan, dan kesimpulan penting.
d) Berikan
kesinambungan logis dari penelitian sebelumnya dengan penelitian kita.
e)
Kembangkan masalah dengan kedalaman dan
kejelasan yang memadai sehingga dapat mencakup seluas mungkin profesional yang
kita targetkan. Jangan sampai niat untuk singkat membuat kita menulis
pernyataan yang terlalu ringkas.
f)
Isu kontroversial jika relevan, harus
diperlakukan dengan adil. Pernyataan singkat tentang studi yang setuju dan
tidak dalam satu isu lebih baik daripada telaah panjang lebar tentang suatu isu
tanpa konklusi.
3)
Nyatakan
tujuan dan rasional. Setelah memperkenalkan masalah dan memperlihatkan
latar belakang, itu diharapkan menjelaskan apa yang dilakukan. Tuliskan
pernyataan ini pada paragraf penutup dari bagian pengantar. Pada saat ini
definisi variabel dan pernyataan hipotesis memberikan kejelasan pada artikel.
Tiga aspek berikut harus dibuat eksplisit.
a)
Variabel apa yang akan dimanipulasi?
b)
Hal apa yang saya harapkan dan mengapa
saya mengharapkannya?
c)
Alasan mengapa saya mengharpakan hasil
tersebut?
d.
Metode
Bagian
metode menjelaskan secara detail bagaimana penelitian dilakukan. Deskripsi
tersebut memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi kepantasan metode yang kita
gunakan dan reliabilitas serta validitas hasilnya. Berikut ini empat unsur yang
harus dicantumkan dalam bagian metode.
1)
Identifikasi
sub-bagian. Upaya ini akan mempermudah kita dalam menempatkan
partisipan, instrumen, dan prosedur. Dalam sub bagian ini masukkan informasi
yang penting untuk keperluan memahami dan mereplikasi penelitian.
2)
Partisipan.
Identifikasi partisipan sangat perlu untuk alasan-alasan assessment hasil, generalisasi temuan, pembandingan dalam
replikasi, studi pustaka, dan analisis data sekunder. Sampel harus dijelaskan
dan representatif. Di samping itu kesimpulan dan interpretasi tidak boleh
melebihi sampel.
3)
Instrumen.
Secara ringkas deskripsikan instrumen yang digunakan dan bagaimana instrumen
tersebut digunakan.
4)
Prosedur.
Ringkas setiap langkah pengerjaan penelitian. Jelaskan apa yang dilakukan dan
bagaimana melakukannya dengan detail secukupnya sehingga pembaca dapat mereplikasi
jika diperlukan.
e.
Hasil
Bagian
hasil mencakup penjelasan mengenai koleksi data dan perlakuan statistik yang
dilakukan terhadap data hasil penelitian. Untuk itu, pertama nyatakan secara
ringkas hasil temuan utama. Kemudian, laporkan data dengan detail yang cukup
justifikasi kesimpulan. Pada tahap ini belum perlu menyampaikan implikasi.
Meskipun demikian, semua hasil temuan, (termasuk hasil yang tidak sesuai dengan
hipotesis) harus dituliskan. Jangan mencantumkan data mentah, kecuali pada
penelitian yang menggunakan metode single
subject research design.
Berikut
ini empat unsur yang harus diperhatikan dalam penulisan bagian hasil dalam
suatu laporan atau artikel penelitian.
1)
Tabel
dan gambar. Dalam melaporkan data pilih cara yang
dapat mempresentasikan data dengan jelas dan ekonomis. Tabel memungkinkan kita
dengan tepat dan efisien mengilustrasikan efek yang kita tuju. Gambar dengan
kualitas profesional menarik perhatian pembaca dan dengan gambalang memberikan
ilustrasi berkenaaan dengan interaksi dan pembandingan meskipun tidak seakurat
tabel. Seluruh tabel dan gambar yang digunakan dalam artikel harus dirujuk
dalam teks.
2)
Penyajian
Statistik. Pada saat melaporkan statistik inferensial (seperti, t test, F test, chi-squre) masukkan
informasi tentang nilai test, degree of freedom,
tingkat probabilitas, dan arah pengaruh. Pastikan kita melaporkan statistik
deskriptif (seperti mean dan median). Jika melaporkan mean selalu masukkan ukuran variabilitas, seperti standar deviasi,
varians, dan mean square error.
Asumsikan bahwa pembaca memiliki pengetahuan terhadap statistik. Asumsi dasar
seperti menolak hipotesis nol, tidak perlu didiskusikan.
3)
Kecukupan
Statistik. Jika melaporkan statistik inferensial, masukkan
informasi yang cukup untuk pembaca mengikuti analisis yang dilakukan. Ada
aturan statistika apa yang harus dicantumkan untuk penggunaan metode statistik
tertentu.
4)
Kekuatan
Statistik. Setiap jenis tes memiliki konsekuensi masing-masing.
Dengan demikian, kita harus memastikan bahwa penerimaan atau penolakan terhadap
satu situasi benar didasarkan pada bukti yang diperoleh dalam penelitian. Aspek
yang harus diperhatikan, antara lain ukuran sampel, normalitas, homogenitas,
dan heterogenitas.
f.
Diskusi
Setelah
memaparkan hasil, kita diharapkan melaporkan hasil evaluasi dan menginterpretasikan
implikasinya, sejalan dengan hipotesis yang dikemukakan. Kita bebas untuk
memeriksa, menginterpretasikan hasil atau temuan dan juga mengambil inferensi.
Tekankan konsekuensi teori dari temuan dan validitas dari kesimpulan kita. Buka
diskusi dengan pernyataan yang jelas tentang penunjang dan penentang hipotesis.
Kesamaan dan perbedaan antara hasil penelitian kita dengan hasil penelitian
orang lain harus dijelaskan dan memperkuat kesimpulan yang kita buat. Temuan
negatif dibahas secukupnya. Hindari polemik dan pembandingan teori yang lemah
dalam diskusi. Dalam hal ini ada tiga aspek yang harus diperhatikan.
1)
Apa yang sudah saya sumbangkan?
2)
Bagaimana penelitian saya dapat membantu
memecahkan masalah yang dibahas?
3)
Apa kesimpulan dan implikasi teori yang
dapat saya ambil dari penelitian ini?
Jawaban
dari 3 pertanyaan ini adalah kunci dari kontribusi kita dan pembaca berhak
mendapatkan jawaban yang jelas, tidak membingungkan dan langsung.
g.
Referensi
Sebagaimana
data dalam artikel menunjang interpretasi dan konklusi, begitu pula referensi
yang dibuat. Semua rujukan yang digunakan dalam artikel harus dicantumkan dalam
daftar pustaka dan semua rujukan harus muncul dalam teks. Daftar pustaka harus
tepat, tidak bertele-tele. Pilih referensi dengan hati-hati dan akurat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.1.1
Menulis Karya Ilmiah
Penulisan
karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi juga untuk
menyampaikan hasil pemikiran konseptual dan penemuan yang disertai bukti
empirik. Persyaratan sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah
tulisan ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis; tulisan ilmiah
ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan; tulisan
ilmiah disusun dengan setiap langkah direncanakan; tulisan ilmiah menyajikan
rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan alasan yang mendorong pembaca untuk
menarik kesimpulan; tulisan ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan
dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis; tulisan ilmiah ditulis secara
tulus; dan tulisan ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris.
3.1.2 Teknik Menulis
Artikel Konseptual
Salah satu metode yang dapat
membantu menghasilkan tulisan yang berkualitas tinggi adalah dengan
memperhatikan kelayakan ide dan cara penyampaian. Untuk
menghasilkan karya tulis konseptual yang baik dapat digunakan struktur yang
pada dasarnya terdiri dari judul, abstrak, pendahuluan, diskusi, dan referensi.
3.1.3 Teknik Menulis
Laporan dan Artikel Pendidikan
Empat hal yang harus
dihindari pada saat peneliti memutuskan untuk menuliskan hasil penelitian
yaitu: (a) Memecah satu penelitian menjadi beberapa artikel yang overlapping; (b) Hanya melaporkan satu
korelasi meskipun korelasi tersebut signifikan tetapi sangat sedikit manfaat
yang bisa didapat dari hubungan tersebut; (c) Laporan hasil yang negatif tanpa
menyebutkan alat analisis yang digunakan; (d) Masalah sudah terlalu banyak
dibahas. Aspek yang harus diperhatikan oleh penulis laporan dan artikel
penelitian adalah halaman judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi,
dan referensi.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan oleh pemakalah yakni hendaknya sebagai mahasiswa atau calon guru
kita harus dan wajib memahami dengan baik teknik menulis dan berpikir karya
ilmiah dimana pengetahuan kita dalam hal tersebut akan kita perlukan nanti saat
menyelesaikan tugas akhir program ataupun dalam hal-hal lain yang berhubungan
dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Wardani.
2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Wikipedia. 2013.
“Karya Ilmiah”. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah. (diakses tanggal
21 Maret 2014).
The king casino | CommunityKhabar Community
ReplyDeleteThe 더킹카지노 king casino | CommunityKhabar. dafabet link The casino is a nice way to 온카지노 learn a lot about the games it is playing. A large number of casino games are