Thursday, October 15, 2015

Teknik Menulis dan Kemampuan Berpikir Ilmiah

PENULISAN KARYA ILMIAH
(Teknik Menulis dan Kemampuan Berpikir Ilmiah )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Hasil pemikiran baik konseptual maupun yang disertai bukti empirik tidak banyak berguna jika tidak disebarluaskan. Meskipun beragam cara dapat digunakan untuk menyebarluaskan hasil pemikiran tersebut, media yang banyak digunakan untuk mengkomunikasikannya adalah media cetak, dengan kata lain melalui tulisan. Makin efektif tulisan yang dibuat makin tinggi kemungkinan tulisan dipahami pembaca. Untuk menghasilkan tulisan yang efektif tentu dibutuhkan keterampilan teknik menulis yang memadai. Membicarakan teknik menulis artinya membicarakan cara mengemas ide dalam bentuk tulisan sedemikian rupa sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat menangkap ide yang ingin disampaikan dengan benar.
            Penguasaan teknik menulis sendiri berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah. Kaitan kedua hal ini terletak pada tantangan yang ada dalam proses menyampaikan ide secara tertulis dengan menerapkan kaidah ilmiah seperti kelayakan ide, kelengkapan materi, keaslian, dan kejelasan. Konsistensi penerapan kaidah ilmiah dalam penulisan akan mempengaruhi kemampuan berpikir ilmiah seseorang. Salah satu penerapan teknik menulis dan berpikir ilmiah tersebut dapat diterapkan dalam sebuah karya ilmiah. Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
            Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
            Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
            Untuk keperluan di atas maka disusunlah makalah ini yang di dalamnya membahas mengenai hal-hal yang diperhatikan dalam menulis karya ilmiah, teknik menulis artikel konseptual, teknik menulis laporan dan artikel pendidikan.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan yakni:
1.2.1        Apa saja hal-hal  yang diperhatikan dalam menulis karya ilmiah?
1.2.2        Bagaimana teknik menulis artikel konseptual?
1.2.3        Bagaimana teknik menulis laporan dan artikel penelitian?

1.3    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yakni, sebagai berikut .
1.3.1        Untuk mengetahui hal-hal yang diperhatikan dalam menulis karya ilmiah.
1.3.2        Untuk mengetahui teknik menulis artikel konseptual.
1.3.3        Untuk mengetahui teknik menulis laporan dan artikel pendidikan.

1.4    Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan pembaca terutama para calon pendidik agar dapat memahami hal-hal yang diperhatikana dalam menulis karya ilmiah, teknik menulis artikel konseptual, dan teknik menulis laporan serta artikel pendidikan sehingga dapat diterapkan dalam melaksanakan suatu penelitian.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Menulis Karya Ilmiah
            Karya ilmiah memiliki tujuan dan khayalak sasaran yang jelas. Namun dalam karya ilmiah aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi juga untuk menyampaikan hasil pemikiran konseptual dan penemuan yang disertai bukti empirik. Menulis karya ilmiah merupakan suatu proses kerja yang tidak mudah tetapi hasilnya akan bermanfaat untuk berbagai pihak baik penulis, pembaca maupun ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penulisan karya ilmiah memerlukan tahapan telaah dan evaluasi yang menyeluruh terhadap konsep pemikiran atau hasil yang pernah dilakukan dan ditemukan dalam bidang yang akan kita tulis. Langkah ini diperlukan untuk mendekatkan kita dengan bidang yang akan kita tulis sehingga memungkinkan kita untuk memposisikan ide kita pada ilmu tersebut serta menentukan kebaruan dan signifikansi ide kita.
            Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hubungan menulis dengan berpikir ilmiah terletak pada kesamaan antara persyaratan untuk menghasilkan tulisan yang layak disebarluaskan dengan persyaratan dalam berpikir ilmiah. Keduanya menuntut kejernihan berpikir, akurasi dan tanggung jawab.
1)      Kualitas Presentasi
   Menurut Brotowidjojo (dalam Wardani, 2007: 3.6), persyaratan sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut.
a.       Tulisan ilmiah menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik atau menyajikan fakta objektif secara sistematis.
b.      Tulisan ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan.
c.       Tulisan ilmiah disusun secara sistematis dengan setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural.
d.      Tulisan ilmiah menyajikan rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan alasan yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
e.       Tulisan ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
f.       Tulisan ilmiah ditulis secara tulus.
g.      Tulisan ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris.

Lebih jauh, Hidayat (dalam Wardani, 2007: 3.6) menyebutkan empat tabu untuk dilakukan penulisan ilmiah yaitu :
a)      mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri (plagiatisme)
b)      menukangi (memanipulasi) data
c)      menutupi kebenaran dengan sengaja
d)     menyulitkan pembaca

Kemudian menurut Utorodewo (dalam Wardani, 2007: 3.7) secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah dilihat dari penggunaan bahasa yaitu :
a.       pemilihan kata tepat dan tunggal, tidak remang nalar atau mendua makna.
b.      tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat dan pengertian yang digunakan agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan.
c.       singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
2)      Tulisan yang Komunikatif
         Berikut ini lima pedoman untuk menghasilkan tulisan yang komunikatif yang diambil dari Publication Manual of the American Psychological Association (dalam Wardani, 2007: 3.7).
a.       Gaya menulis. Apa pun gaya menulis yang sesuai untuk kita, pastikan bahwa gaya tersebut mampu membuat tulisan kita dimengerti dengan jelas oleh pembaca.
b.      Penyampaian ide. Semua pikiran harus disampaikan dengan teratur.
c.       Haluskan ekspresi. Tulisan ilmiah dan tulisan kreatif memiliki tujuan yang berbeda.
d.      Penggunaan tanda baca. Tanda baca membantu menjaga kesinambungan dengan memperlihatkan hubungan antar ide.
e.       Penggunaan kata sambung. Kata sambung membantu menjaga alur pikir, terutama jika materi yang ingin disampaikan kompleks atau abstrak.

2.2  Teknik Menulis Artikel Konseptual
Keterampilan menulis dapat ditingkatkan dengan mencoba beragam teknik menulis. Tulisan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Laporan atau artikel hasil penelitian
b.      Artikel konseptual

a.      Artikel konseptual
                 Artikel hasil penelitian dan artikel konseptual kadang terlihat sama strukturnya, tetapi artikel konseptual hanya memberikan informasi empiris jika hal tersebut mempengaruhi teori atau konsep yang ditawarkan. Penulis menelusuri perkembangan teori dan konsep untuk mempertajam dan menghaluskan konstruk teori atau konsep. Pada umumnya, penulis menawarkan teori atau konsep baru. Alternatifnya penulis menganalisis teori atau konsep yang ada, menunjukkan kelemahan dari teori ataupun konsep tersebut maupun menunjukkan kekuatan teori atau konsep tersebut dibandingkan teori atau konsep yang lain. Pada artikel teori konseptual ini, penulis pada umumnya memeriksa konsistensi internal atau konsistensi eksternal dari suatu konsep, misalkan apakah sebuah teori atau konsep bertentangan.

Sistem Pendidikan Terbuka
            Sesungguhnya, konsep pendidikan terbuka sudah dikenal jauh sebelum tahun 1980an yaitu sejak mulai populernya konsep pembelajaran individual (sekitar akhir 1960an awal 1970an). Pembelajaran individual menenpatkan siswa sebagai fokus dari segala proses belajar dan proses mengajar. Siswa berinisiatif dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, mereka dapat menentukan apa yang dipelajari, mereka dapat belajar dimana saja , kapan saja, dengan cara bagaimana saja, menggunakan apa saja, dan mereka sendiri dapat mengukur kinerja mereka bilamana diperlukan dan dikehendaki. Di awal tahun 1960an, Skinner muncul dengan teorinya Programmed Learning dan alatnya yang dikenal dengan nama the teaching machine sebagai langkah awal dalam pengembangan pembelajaran individual . Selanjutnya penelitian dengan pembelajaran individual terus dilakukan, sekaligus dilengkapi dengan perkembangan teknologi informasi, sampai pada konsep virtual learning (proses belajar maya) melalui jaringan internet.
Istilah sistem pendidikan terbuka sebagai terjemahan dalam istilah bahasa Inggris open education sering kali digunakan sebagai istilah yang sama maknanya dengan sistem pendidikan jarak jauh (distance education). Hal ini terutama disebabkan oleh popularitas nama open university dari Inggris yang sesungguhnya merupakan suatu lembaga pendidikan jarak jauh. Istilah ‘terbuka’ dalam sistem pendidikan terbuka sebenarnya lebih berarti bebas dari keterbatasan dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem pendidikan jarak jauh. Dewal (1986) mengatakan bahwa sistem pendidikan jarak jauh lebih mengacu kepada  sistem penyampaian proses pembelajaran maka sistem pendidikan terbuka mengacu kepada struktur organisasi pendidikan, menjadi sutau sistem organisasi terbuka dalam empat hal, tempat, waktu, materi pembelajaran dan sistem pembelajaran. Sebuah organisasi pendidikan jarak jauh dapat saja menerapkan sistem pendidikan terbuka, begitu juga sebaliknya sebuah organisasi pendidikan terbuka dapat saja menerapkan sistem pendidikan jarak jauh.  Sementara itu menurut Folks (1987), pendidikan terbuka merupakan pola pikir dan pendekatan yang digunakan memnyediakan beragam pilihan dalam belajar bagi mahasiswa, serta memberikan sebanyak mungkin kembali siswa untuk menentukan hal yang dipelajari. Cunningham (1987) menyatakan bahwa pendidikan terbuka sama dengan self managed learning (proses belajar yang dikelola sendiri).
Pada dasarnya ahli pendidikan terbuka berpendapat bahwa pendidikan terbuka membuka kesempatan belajar kepada segala lapisan dan kelompok masyarakat sehingga memungkinkan mereka memiliki kebebasan pilihan dalam belajar. Dalam hal ini termasuk juga membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat terhadap pendidikan dan menyediakan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk mengendalikan pengelolaan proses belajar. Menurut beberapa ahli sistem pendidikan terbuka adalah:
1)      Sistem dimana pembatasan terhadap siswa diusahakan seminial mungkin. Sistem pendidikan terbuka menggunakan beragam strategi belajar pembelajaran, khususnya belajar mandiri dan pembelajaran individu (independent and individual learning) (Coffey, 1977);
2)      Pengaturan memungkinkan seseorang untuk belajar pada waktu, tempat dan kecepatan yang dipilihnya. Penekanan pada pemberian kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua orang tanpa harus terhambat secara geografis, secara personal sosial ekonomi karena pekerjaan atau karena struktur sistem pendidikan konvensional (Manpower Service Commission, 1984);
3)      Bentuk pembelajaran yang dirancang secara fleksibel untuk memenuhi beragam kebutuhan individu siswa. Sering kali digunakan sebagai cara untuk menghilangkan hambatan bagi siswa yang tidak dapat hadir dalam bentuk pembelajaran konvensional dan berfokus pada siswa (Lewis & Spencer, 1986);
4)      Beragam kesempatan belajar yang bertujuan untuk memberikan akses bagi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tidak mungkin diperoleh melalui kesempatan lain serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendalikan proses belajarnya (Dixon, 1987);
5)      Merupakan sebuah pola pikir daripada suatu metode pembelajaran yang unik (Jack, 1988);
6)      Suatu sistem yang tidak hanya berurusan dengan masalah akses, tetapi juga berurusan dengan masalah pemberian kesempatan yang merata bagi semua orang untuk berhasil (Holt & Bonnici, 1988)

Konsep inti dari definisi yang diberikan adalah “siswa memiliki kebebasan memilih”. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka, mereka memiliki kebebasan untuk menentukan kecepatan belajar, tempat belajar, waktu belajar, dan proses belajar mereka. Peraturan dan tata tertib yang diberlakukan oleh organisasi pendidikan terbuka adalah minimal.
Pada akhirnya menurut Lewis dan Spencer (1986), sistem pendidikan terbuka yang sangat berfokus pada siswa bertujuan untuk menghasilkan individu yang mandiri dan otonom. Untuk mencapai tujuan tersebut, mulai dari awal proses pembelajaran, siswa sudah diberikan kesempatan untuk memilih dan mengelola proses belajarnya sendiri. Dalam hal ini, organisasi pendidikan terbuka berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar siswa dengan menyediakan beragam pilihan (bentuk, jenis, ruang lingkup, isi) bahan ajar, beragam media pembelajaran, beragam layanan bantuan belajar, beragam pilihan penilaian hasil belajar.
Ragam pilihan bahan  ajar yang digunakan dalam sistem pendidikan terbuka sama dengan pilihan bahan ajar dalam sistem pendidikan jarak jauh. Jika dalam sistem pendidikan jarak jauh ragam pilihan bahan ajar merupakan media penyampaian ilmu pengetahuan yang menggantikan pengajar maka dalam sistem pendidikan terbuka ragam pilihan bahan ajar merupakan media penyampaian ilmu pengetahuan yang disediakan untuk dipilih siswa secara bebas. Bahan ajar dan media pembelajaran dalam sistem pendidikan terbuka dapat dipilih siswa sebagai sumber utama pengganti kehadiran pengajar, sebagai sumber utama di samping kehadiran pengajar atau sebagai sumber utama ditambah dengan layanan bantuan belajar (tutorial kelompok belajar dan lain-lain). Pilihan siswa dalam hal bahan ajar tidak hanya mencakup bentuk, jenis, ruang lingkup, dan atau isi tetapi juga mencakup titik awal mulai proses belajar. Oleh karena itu bahan ajar dalam sistem pendidikan terbuka dikenal dengan nama bahan ajar fleksibel.
Pada beberapa organisasi pendidikan yang menerapkan sistem pendidikan terbuka, istilah ‘terbuka’ juga berarti terbuka dalam hal kriteria pendaftaran siswa. Misalnya Ramkhahaeng University di Thailand merupakan organisasi pendidikan yang menerapkan sitem pendidikan terbuka yang menerima siswa secara terbuka tanpa ada persyaratan apapun. Dapat saja seorang siswa tidak memiliki ijazah formal sekolah menengah namun menjadi siswa perguruan tinggi melalui proses experiential learning (pengakuan dan penilaian pengalaman seseorang untuk ekuivalensi mata kuliah)
Dengan semua kebebasan yang disediakan dan demi mempertahankan kredibilitas, barangkali satu-satunya hal yang dikendalikan oleh organisasi pendidikan terbuka adalah standardisasi kriteria pemberian sertifikat atau kriteria kelulusan. Namun, untuk mencapai kelulusan tersebut siswa boleh memilih dan menempuh seribu satu macam cara, sesuai dengan beragam macam pilihan yang disediakan organisasi pendidikan.
Jika ada sistem pendidikan terbuka maka akan ada sistem pendidikan tertutup. Kedua sistem tersebut membentuk garis kontinum mulai dari yang paling terbuka pada satu sisi sampai yang paling tertutup pada sisi yang lain. berdasarkan pengertian tentang sistem pendidikan terbuka, sistem yang paling terbuka memberikan peluang kebebasan terluas untuk siswa memilih. Meskipun demikian pada praktiknya tidak ada oraganisasi pendidikan yang terbuka pada semua aspek atau yang tertutup pada semua aspek. Yang ada hanya derajat keterbukaan dan ketertutupan suatu organisasi pendidikan yang berbeda-beda berdasarkan (kebutuhan) pangsa pasar, kemampuan sistem dan lingkungan di mana organisasi itu berada.

     Artikel di atas merupakan artikel konseptual karena artikel tersebut dilengkapi informasi empiris yang relevan, menawarkan teori atau konsep baru atau membandingkan teori/konsep satu dengan yang lainnya.
b.      Kelayakan Ide dan Cara Penyampaian
            Salah satu metode yang dapat membantu menghasilkan tulisan yang berkualitas tinggi adalah dengan memperhatikan kelayakan ide dan cara penyampaian. Berikut ini perincian langkah yang perlu dilakukan pada saat memutuskan untuk menulis artikel konseptual.
1)      Timbang dengan matang kelayakan ide yang akan dituangkan dalam tulisan.
2)      Secara kritis telaah kualitas materi yang akan ditulis dan tanyakan kepada diri sendiri apakah materi tersebut (cukup) penting untuk dipublikasikan.
3)      Pertanyakan keaslian materi. Keaslian di sini lebih difokuskan pada sudut pandang bukan pada esensi materi itu sendiri. Di dunia ini tidak ada satu pun yang betul-betul asli dalam pengertian belum pernah dibahas orang lain. Sedangkan yang ada adalah kumpulan pendapat dan fakta tentang satu materi di mana pendapat dan fakta inilah yang pada dasarnya “membentuk” materi tersebut.
4)      Pastikan kejelasan materi. Kejelasan materi merujuk pada adanya kesamaan persepsi tentang materi yang akan ditulis.
    
Sementara itu dari aspek penyampaian, Publication Manual of the American Psychological Association (2001) memberikan rambu-rambu yang berkaitan dengan panjang tulisan dan pilihan judul yang dipilih dalam tulisan.
1)      Panjang tulisan. Tulisan yang bertele-tele dapat menyesatkan topik inti yang ingin disampaikan.
2)      Judul. Hati-hati pada saat menentukan hierarki ide yang akan disampaikan dan gunakan judul untuk menyampaikan urutan dan tingkat kepentingan. Judul dapat membantu pembaca untuk dengan cepat melihat outline artikel dan tingkat kepentingan dari bagian artikel.
3)      Nada. Pada saat menjelaskan hasil penelitian, sampaikan ide dan temuan dengan langsung, tetapi lakukan dengan cara yang menarik sehingga mampu merefleksikan keterlibatan kita dengan masalah.
c.       Struktur Artikel Konseptual
                 Untuk menghasilkan karya tulis konseptual yang baik dapat digunakan struktur yang pada dasarnya terdiri dari judul, abstrak, pendahuluan, diskusi, dan referensi.
1)      Judul
            Meskipun fungsi utama judul adalah memberi informasi kepada pembaca tentang konsep yang dibahas, judul juga dapat dimanfaatkan sebagai pernyataan isi materi untuk abstraksi dan jasa informasi. Judul yang baik dengan mudah disingkat menjadi judul yang lebih singkat untuk keperluan editorial dan running head. Judul sering kali diindeks dan dikompilasi untuk berbagai keperluan. Untuk itu, hindari kata-kata yang tidak ada gunanya, hindari menggunakan singkatan. Rekomendasi untuk judul adalah 10-12 kata. Ingat juga bahwa judul yang tepat merupakan salah satu syarat yang diminta dari artikel konseptual.
2)      Abstrak
            Abstrak adalah ringkasan singkat dan lengkap dari isi artikel yang memungkinkan pembaca untuk melihat isi artikel dengan cepat. Abstrak yang dipersiapkan dengan matang merupakan paragraf terpenting dalam tulisan kita. Hampir semua pembaca memulai kontak pertama mereka dengan tulisan dengan melihat abstrak. Penggunaan kata kunci akan memudahkan pembaca untuk menemukan artikel kita. Abstrak yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.       Akurat. Pastikan bahwa abstrak yang benar merefleksikan tujuan dan isi tulisan. Jangan memasukkan informasi yang tidak ada dalam tulisan.
b.      Utuh. Definisikan semua singkatan (kecuali unit ukuran) dan terminologi khusus. Lebih baik menuliskan ke dalam kalimat yang berbeda daripada mengutip langsung pernyataan yang ada dalam badan artikel. Masukkan kata kunci untuk keperluan pengindeksan.
c.       Ringkas dan spesifik. Buat setiap kalimat informatif semaksimal dan seringkas mungkin, terutama kalimat utama. Abstrak sebaiknya tidak melebihi 1000 karakter atau kira-kira 120 kata, meskipun hal ini tergantung media yang akan memuat tulisan kita. Mulai abstrak dengan informasi yang paling penting (tetapi jangan membuang-buang kata dengan mengulang judul). Kalimat pertama dapat berisi tujuan, hasil atau kesimpulan.
d.      Jangan menilai. Jangan menilai, menambahkan atau mengomentari apa yang ada dalam badan tulisan. Abstrak untuk artikel konseptual disarankan sebanyak 75-100 kata dengan memasukkan hal-hal berikut.
·         Topik dalam satu kalimat
·         Tujuan, hipotesis, ruang lingkup artikel
·         Sumber yang digunakan (misalnya observasi personal, literatur yang dipublikasikan)
·         Kesimpulan
3)      Pendahuluan
a.       Perkenalkan teori atau konsep yang akan dibahas. Tulisan dibuka dengan pengantar yang memberikan teori atau konsep khusus yang dibahas. Pada saat menulis bagian pendahuluan, perhatikan :
·         Apa inti teori atau konsep yang akan dibahas?
·         Bagaimana peta teori atau konsep saat ini?
·         Apa implikasi bahasan teori atau konsep yang ditawarkan?
            Pendahuluan yang bagus menjawab pertanyaan tersebut dalam satu atau dua paragraf dengan cara menyingkat argumentasi yang relevan sehingga pembaca dapat membayangkan apa, bagaimana, dan mengapa hal tersebut dilakukan.
b.      Kembangkan latar belakang
·         Diskusikan literatur yang relevan secukupnya. Asumsikan bahwa pembaca sudah memiliki pemahaman awal tentang topik yang kita tulis sehingga tidak memerlukan seluruh studi pustaka.
·         Sitasi dan kredit pada penelitian dan pemikiran sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab ilmiah penulis. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan perkembangan ilmu. Pada saat yang bersamaan, rujuk hanya referensi yang benar-benar terkait dengan materi yang dibahas.
·         Pada saat meringkas penelitian atau pemikiran sebelumnya, hindari kesimpulan umum tetapi tekankan pada hasil-hasil yang terkait, metode yang relevan, dan kesimpulan penting.
·         Berikan kesinambungan logis dari sejarah perkembangan teori atau konsep dan kaitannya dengan teori atau konsep yang kita tawarkan.
·         Bahas konsep dengan cukup kedalaman dan kejelasan sehingga dapat mencakup seluas mungkin target pembaca yang kita tuju. Jangan sampai niat untuk singkat membuat kita menulis pernyataan yang terlalu ringkas sehingga hanya sedikit pembaca yang dapat memahami.
4)      Diskusi
            Setelah memaparkan peta teori atau konsep, kita dapat mendiskusikan posisi kita terhadap teori atau konsep yang diajukan. Buka diskusi dengan pernyataan yang jelas tentang penunjang dan penentang teori atau konsep kita. Jangan hanya mereformulasikan dan mengulang pernyataan yang sudah dibuat. Hindari polemik dan pembandingan teori yang lemah dalam diskusi. Dua aspek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a.       Apa yang sudah saya sumbangkan?
b.      Bagaimana pemikiran saya dapat memperkaya bahasan teori atau konsep?
            Jawaban dari dua pertanyaan ini adalah kunci dari kontribusi kita dan pembaca berhak mendapatkan jawaban yang jelas, tidak membingungkan dan langsung.
5)      Referensi
            Semua rujukan yang digunakan dalam artikel harus dicantumkan dalam daftar pustaka dan semua rujukan harus muncul dalam teks. Daftar pustaka harus tepat, tidak bertele-tele. Pilih referensi dengan hati-hati dan akurat. Jika kita merujuk pada sembilan karya tulis, maka kesembilan rujukan ini harus dicantumkan di bagian referensi.

2.3  Teknik Menulis Laporan dan Artikel Penelitian
2.3.1  Karakteristik Laporan dan Artikel Penelitian
Laporan penelitian merupakan satu kesatuan utuh dokumen yang menuliskan setiap langkah dan hasil yang didapat dari suatu kegiatan penelitian. Pada laporan atau artikel yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, penulis melakukan empat hal berikut.
a.    Mendefinisikan dan mengklarifikasi masalah.
b.    Menyingkat temuan sebelumnya untuk menginformasikan kepada pembaca tentang posisi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan.
c.    Mengidentifikasi hubungan, kontradiksi, jurang (jarak), dan inkonsistensi dalam literatur.
d.   Mengusulkan langkah selanjutnya untuk memecahkan masalah.

Bartol (1981) menyebutkan empat hal yang harus dihindari pada saat peneliti memutuskan untuk menuliskan hasil penelitian yaitu:
a.    Memecah satu penelitian menjadi beberapa artikel yang overlapping;
b.    Hanya melaporkan satu korelasi meskipun korelasi tersebut signifikan tetapi sangat sedikit manfaat yang bisa didapat dari hubungan tersebut;
c.    Laporan hasil yang negatif tanpa menyebutkan alat analisis yang digunakan;
d.   Masalah sudah terlalu banyak dibahas.

Dalam satu penelitian, tidak jarang kita membahas beberapa variabel. Yang harus dihindari adalah melaporkan hasil penelitian ke dalam beberapa artikel terpisah karena memungkinkan variabel dan bahasan yang sama muncul berulang kali. Juga tidak adil jika kita melaporkan hasil yang negatif tanpa cukup penjelasan tentang hasil tersebut (bagaimana prosedur pemilihan sampel, instrumen yang digunakan, statistik yang diterapkan, asumsi yang mendasari penggunaan statistik, sampai sejauh mana inferensi yang dimungkinkan dari penggunaan statistik yang diterapkan.
Di samping empat hal yang harus dihindari, Bartol (1981) menyebutkan tujuh faktor yang harus diperhatikan pada saat kita bermaksud menuliskan laporan penelitian sebagai berikut.
1)        Apakah pertanyaan dalam penilitian signifikan, dan kerja yang dilakukan asli dan penting?
2)        Apakah instrumen yang digunakan telah  menunjukkan reliabilitas dan validitas yang memuaskan?
3)        Apakah hasil yang diperoleh dengan jelas berkaitan dengan variabel yang dituju dalam penelitian?
4)        Apakah desain penelitian secara lengkap dan tidak meragukan telah menguji hipotesis yang ditetapkan?
5)        Apakah partisipan benar-benar mencerminkan keterwakilan populasi yang dibuat dalam penelitian sehingga generalisasi yang dilakukan dapat diterima?
6)        Apakah peneliti menerapkan standar etika jika dilakukan dalam memberi perlakuan terhadap partisipan?
7)        Apakah penelitian sudah berada pada tahap siap dipublikasikan temuannya?

Tujuh aspek ini harus dijawab dengan memuaskan sebelum kita dapat memulai menulis laporan atau artikel berdasarkan hasil satu penelitian.

2.3.2  Aspek Dalam Laporan Penelitian
Laporan penelitian yang berhasil adalah laporan yang dibaca dan dipahami target pembacanya. Untuk mencapai tujuan ini Asosiasi Psikologi Amerika menerbitkan Publication Manual of the American Psychological Assosiatioc (2001) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menulis laporan dan artikel penelitian. Dari sumber tersebut, berikut ini tujuh aspek yang harus diperhatikan oleh penulis laporan dan artikel penelitian.
a.        Halaman Judul
Judul harus merupakan pernyataan singkat dari topik utama dan mengidentifikasi variabel atau teori yang dibahas dalam artikel serta hubungan di antara variabel tersebut. Judul harus dapat menjelaskan secara jelas apa yang akan ditemukan pembaca dalam laporan atau artikel. Judul yang baik dengan mudah disingkat menjadi judul yang lebih singkat untuk keperluan editorial dan running head. Judul sering kali diindeks dan dikompilasi untuk berbagai keperluan. Untuk itu, hindari kata-kata yang tidak ada gunanya karena hanya akan memperpanjang judul dan dapat dapat menyesatkan indeks.
b.        Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat dan lengkap dari isi artikel yang memungkinkan pembaca untuk melihat isi artikel dengan cepat. Hampir semua pembaca akan memulai kontak pertama mereka dengan laporan atau artikel dengan melihat abstrak. Abstrak harus penuh dengan informasi, tetapi enak dibaca, terorganisasi, ringkas, dan utuh. Penggunaan kata kunci akan memudahkan pembaca untuk menemukan artikel kita. Saran untuk abstrak dari studi empirik (± 120 kata).
1)        Masalah yang diteliti satu kalimat.
2)        Subjek spesifikasi karakteristik utama seperti jumlah, tipe, jenis kelamin, umur.
3)        Metode penelitian (termasuk alat, cara pengumpulan data, nama tes).
4)        Temuan, tingkat signifikan statistik.
5)        Kesimpulan dan implikasi.
c.         Pendahuluan
Bagian pendahuluan dapat dibagi ke dalam tiga unsur berikut ini.
1)        Perkenalkan masalah. Artikel dibuka dengan pengantar yang memberikan masalah khusus yang diteliti dan menjelaskan strategi penelitian. Pada saat menulis pendahuluan, perhatikan hal-hal berikut.
a)        Apa inti penelitian?
b)        Bagaimana hipotesis dan desain penelitian berkaitan dengan masalah?
c)        Apa implikasi teoritis dari penelitian dan bagaimana penelitian berkaitan dengan penelitian lain di bidang ini?
d)       Apa preposisi teori yang diuji dan bagaimana mereka diturunkan?
            Pendahuluan yang bagus menjawab pertanyaan tersebut dalam satu atau dua paragraf dengan jalan menyingkat argumentasi dan data yang relevan.
2)        Kembangkan latar belakang
a)        Diskusikan literatur yang relevan secukupnya. Telaah ilmiah yang diberikan diharapkan dapat memberikan sejarah ringkas, tetapi komprehensif serta menyentuh tonggak sejarah yang penting di isu yang dibahas dalam artikel.
b)        Sitasi dan kredit pada penelitian dan pemikiran sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab ilmiah penulis. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan perkembangan ilmu.
c)        Pada saat meringkas penelitian/pemikiran sebelumnya, hindari kesimpulan umum, tetapi tekankan pada hasil-hasil yang terkait, metode yang relevan, dan kesimpulan penting.
d)       Berikan kesinambungan logis dari penelitian sebelumnya dengan penelitian kita.
e)        Kembangkan masalah dengan kedalaman dan kejelasan yang memadai sehingga dapat mencakup seluas mungkin profesional yang kita targetkan. Jangan sampai niat untuk singkat membuat kita menulis pernyataan yang terlalu ringkas.
f)         Isu kontroversial jika relevan, harus diperlakukan dengan adil. Pernyataan singkat tentang studi yang setuju dan tidak dalam satu isu lebih baik daripada telaah panjang lebar tentang suatu isu tanpa konklusi.
3)        Nyatakan tujuan dan rasional. Setelah memperkenalkan masalah dan memperlihatkan latar belakang, itu diharapkan menjelaskan apa yang dilakukan. Tuliskan pernyataan ini pada paragraf penutup dari bagian pengantar. Pada saat ini definisi variabel dan pernyataan hipotesis memberikan kejelasan pada artikel. Tiga aspek berikut harus dibuat eksplisit.
a)        Variabel apa yang akan dimanipulasi?
b)        Hal apa yang saya harapkan dan mengapa saya mengharapkannya?
c)        Alasan mengapa saya mengharpakan hasil tersebut?
d.        Metode
                  Bagian metode menjelaskan secara detail bagaimana penelitian dilakukan. Deskripsi tersebut memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi kepantasan metode yang kita gunakan dan reliabilitas serta validitas hasilnya. Berikut ini empat unsur yang harus dicantumkan dalam bagian metode.
1)        Identifikasi sub-bagian. Upaya ini akan mempermudah kita dalam menempatkan partisipan, instrumen, dan prosedur. Dalam sub bagian ini masukkan informasi yang penting untuk keperluan memahami dan mereplikasi penelitian.
2)        Partisipan. Identifikasi partisipan sangat perlu untuk alasan-alasan assessment hasil, generalisasi temuan, pembandingan dalam replikasi, studi pustaka, dan analisis data sekunder. Sampel harus dijelaskan dan representatif. Di samping itu kesimpulan dan interpretasi tidak boleh melebihi sampel.
3)        Instrumen. Secara ringkas deskripsikan instrumen yang digunakan dan bagaimana instrumen tersebut digunakan.
4)        Prosedur. Ringkas setiap langkah pengerjaan penelitian. Jelaskan apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya dengan detail secukupnya sehingga pembaca dapat mereplikasi jika diperlukan.
e.         Hasil
            Bagian hasil mencakup penjelasan mengenai koleksi data dan perlakuan statistik yang dilakukan terhadap data hasil penelitian. Untuk itu, pertama nyatakan secara ringkas hasil temuan utama. Kemudian, laporkan data dengan detail yang cukup justifikasi kesimpulan. Pada tahap ini belum perlu menyampaikan implikasi. Meskipun demikian, semua hasil temuan, (termasuk hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis) harus dituliskan. Jangan mencantumkan data mentah, kecuali pada penelitian yang menggunakan metode single subject research design.
            Berikut ini empat unsur yang harus diperhatikan dalam penulisan bagian hasil dalam suatu laporan atau artikel penelitian.
1)        Tabel dan gambar. Dalam melaporkan data pilih cara yang dapat mempresentasikan data dengan jelas dan ekonomis. Tabel memungkinkan kita dengan tepat dan efisien mengilustrasikan efek yang kita tuju. Gambar dengan kualitas profesional menarik perhatian pembaca dan dengan gambalang memberikan ilustrasi berkenaaan dengan interaksi dan pembandingan meskipun tidak seakurat tabel. Seluruh tabel dan gambar yang digunakan dalam artikel harus dirujuk dalam teks.
2)        Penyajian Statistik. Pada saat melaporkan statistik inferensial (seperti, t test, F test, chi-squre) masukkan informasi tentang nilai test, degree of freedom, tingkat probabilitas, dan arah pengaruh. Pastikan kita melaporkan statistik deskriptif (seperti mean dan median). Jika melaporkan mean selalu masukkan ukuran variabilitas, seperti standar deviasi, varians, dan mean square error. Asumsikan bahwa pembaca memiliki pengetahuan terhadap statistik. Asumsi dasar seperti menolak hipotesis nol, tidak perlu didiskusikan.
3)        Kecukupan Statistik. Jika melaporkan statistik inferensial, masukkan informasi yang cukup untuk pembaca mengikuti analisis yang dilakukan. Ada aturan statistika apa yang harus dicantumkan untuk penggunaan metode statistik tertentu.
4)        Kekuatan Statistik. Setiap jenis tes memiliki konsekuensi masing-masing. Dengan demikian, kita harus memastikan bahwa penerimaan atau penolakan terhadap satu situasi benar didasarkan pada bukti yang diperoleh dalam penelitian. Aspek yang harus diperhatikan, antara lain ukuran sampel, normalitas, homogenitas, dan heterogenitas.
f.         Diskusi
            Setelah memaparkan hasil, kita diharapkan melaporkan hasil evaluasi dan menginterpretasikan implikasinya, sejalan dengan hipotesis yang dikemukakan. Kita bebas untuk memeriksa, menginterpretasikan hasil atau temuan dan juga mengambil inferensi. Tekankan konsekuensi teori dari temuan dan validitas dari kesimpulan kita. Buka diskusi dengan pernyataan yang jelas tentang penunjang dan penentang hipotesis. Kesamaan dan perbedaan antara hasil penelitian kita dengan hasil penelitian orang lain harus dijelaskan dan memperkuat kesimpulan yang kita buat. Temuan negatif dibahas secukupnya. Hindari polemik dan pembandingan teori yang lemah dalam diskusi. Dalam hal ini ada tiga aspek yang harus diperhatikan.
1)        Apa yang sudah saya sumbangkan?
2)        Bagaimana penelitian saya dapat membantu memecahkan masalah yang dibahas?
3)        Apa kesimpulan dan implikasi teori yang dapat saya ambil dari penelitian ini?
            Jawaban dari 3 pertanyaan ini adalah kunci dari kontribusi kita dan pembaca berhak mendapatkan jawaban yang jelas, tidak membingungkan dan langsung.
g.        Referensi
            Sebagaimana data dalam artikel menunjang interpretasi dan konklusi, begitu pula referensi yang dibuat. Semua rujukan yang digunakan dalam artikel harus dicantumkan dalam daftar pustaka dan semua rujukan harus muncul dalam teks. Daftar pustaka harus tepat, tidak bertele-tele. Pilih referensi dengan hati-hati dan akurat.


BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
3.1.1  Menulis Karya Ilmiah
            Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi juga untuk menyampaikan hasil pemikiran konseptual dan penemuan yang disertai bukti empirik. Persyaratan sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah tulisan ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis; tulisan ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan; tulisan ilmiah disusun dengan setiap langkah direncanakan; tulisan ilmiah menyajikan rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan alasan yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan; tulisan ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis; tulisan ilmiah ditulis secara tulus; dan tulisan ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris.
3.1.2  Teknik Menulis Artikel Konseptual
                 Salah satu metode yang dapat membantu menghasilkan tulisan yang berkualitas tinggi adalah dengan memperhatikan kelayakan ide dan cara penyampaian. Untuk menghasilkan karya tulis konseptual yang baik dapat digunakan struktur yang pada dasarnya terdiri dari judul, abstrak, pendahuluan, diskusi, dan referensi.
3.1.3  Teknik Menulis Laporan dan Artikel Pendidikan
Empat hal yang harus dihindari pada saat peneliti memutuskan untuk menuliskan hasil penelitian yaitu: (a) Memecah satu penelitian menjadi beberapa artikel yang overlapping; (b) Hanya melaporkan satu korelasi meskipun korelasi tersebut signifikan tetapi sangat sedikit manfaat yang bisa didapat dari hubungan tersebut; (c) Laporan hasil yang negatif tanpa menyebutkan alat analisis yang digunakan; (d) Masalah sudah terlalu banyak dibahas. Aspek yang harus diperhatikan oleh penulis laporan dan artikel penelitian adalah halaman judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, dan referensi.

3.2    Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh pemakalah yakni hendaknya sebagai mahasiswa atau calon guru kita harus dan wajib memahami dengan baik teknik menulis dan berpikir karya ilmiah dimana pengetahuan kita dalam hal tersebut akan kita perlukan nanti saat menyelesaikan tugas akhir program ataupun dalam hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Wardani. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wikipedia. 2013. “Karya Ilmiah”. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah. (diakses tanggal 21 Maret 2014).
















1 komentar:

  1. The king casino | CommunityKhabar Community
    The 더킹카지노 king casino | CommunityKhabar. dafabet link The casino is a nice way to 온카지노 learn a lot about the games it is playing. A large number of casino games are

    ReplyDelete