Saturday, November 16, 2013

BULAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bumi tempat kita hidup memiliki banyak peristiwa yang di dalamnya akan berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup maupun makhluk tak hidup. Bumi selalu mengadakan aktivitas selaknya makhluk hidup lainnya, aktivitas inilah yang dapat mengakibatkan berbagai macam kejadian yang terjadi di muka bumi seperti diantaranya terjadinya pasang surut laut, kejadian ini berasal dari adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Dari peristiwa ini banyak dampak yang diakibatkan pada kehidupan di bumi sehingga manusia perlu mewaspadai dampak negative yang mungkin ditimbulkannya.
Matahari merupakan pusat tata surya, Seluruh komponen tata surya termasuk 8 planet dan satelit masing-masing, planet-planet kerdil, asteroid, komet, dan debu angkasa berputar mengelilingi Matahari. Di samping sebagai pusat peredaran, Matahari juga merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu planet yang akan dibahas adalah planet bumi dengan satelitnya yaitu bulan. Bulan merupakan satelit alami bumi, dan merupakan satelit terbesar ke-5 di tata surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari. Bulan dan matahari sangat berpengaruh terhadap aktivitas di bumi. Posisi bulan bumi dan matahari akan berpengaruh terhadap adanya gerhana bulan dan gerhana matahari, selain itu gaya tarik bulan dan matahari terhadap massa air di bumi juga dapat menyebabkan terjadinya pasang surut laut, banyak kejadian yang mungkin ditimbulkan dari adanya aktivitas matahari, bumi dan bulan sehingga dari kejadian-kejadian tersebut, pasti ada dampak baik dan dampak buruk yang akan ditimbulkan, dampak baik tersebut sebaiknya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup yang ada di bumi dan mereka juga dapat mewaspadai atau bisa mengambil hikmah dari dampak buruk yang terjadi karena semua itu pasti akan terjadi dan manusia tidak dapat menghentikannya.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana terjadinya pasang surut laut dan pemanfaatannya?
2.      Bagaimana keadaan bulan sebagai satelit bumi dan fase peredarannya?
3.      Bagaimana terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan?


1.3  Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui proses terjadinya pasang surut laut dan pemanfaatannya.
2.      Untuk mengetahui keadaan bulan sebagai satelit bumi dan fase peredarannya.
3.      Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Proses Terjadinya Pasang Surut Air Laut dan Pemanfaatannya
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Terdapat berbagai jenis definisi tentang pasang surut, yang kesemuanya menjelaskan peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, dan gejala ini mudah dilihat secara visual.


2.1.1        Faktor penyebab terjadinya pasang surut air laut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, dan revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).


2.1.2        Proses terjadinya pasang surut air laut dapat di jelaskan sebagai berikut:
Pasang surut air laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut.  Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.  Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.  Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik.  Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)

2.1.3        Pemanfaatan pasang dan surut air laut
Peristiwa pasang surut air laut bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
a.       Pembuatan garam (tambak garam),
Saat air laut sedang surut dibuatlah lubang. Kemudian saat air lautnya pasang, lubang tersebut akan terisi sehingga air laut terperangkap didalamnya. Setelah itu tunggu hingga air menguap dan menyisakan garam karena garam tidak akan ikut menguap.
b.      Persawahan Pasang Surut,
Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
c.       Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs)
Prinsip kerjanya sama dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik.
d.      Penggerak Generator Listrik,
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator

Di samping itu pasang surut air laut juga berpengaruh pada hal-hal sebagai berikut, diantaranya:
a.       Di pelabuhan yang dangkal, pada saat air surut, air laut menjadi sangat dangkal. Akibatnya, kapal nelayan tidak dapat merapat ke dermaga. Kapal besar akan kandas jika merapat di dermaga. Dengan demikian, kapal besar akan mengalami kesulitan membawa ikan hasil tangkapannya ke darat. Oleh karena itu, diperlukan perahu yang lebih kecil yang masih dapat merapat di dermaga. Keadaan ini tidak menguntungkan karena nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan.
b.      Adanya pasang air laut juga dapat mengganggu tanaman di persawahan pasang surut. Jika air laut sampai masuk ke sawah yang ditanami padi, maka tanaman padi akan mati. Agar air laut yang asin tidak masuk ke sawah maka dibuatlah saluran-saluran. Di Indonesia sudah dibangun persawahan pasang surut seperti ini.


2.2      Keadaan Bulan Sebagai Satelit Bumi dan Fase Peredarannya
Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari.
Jarak rata-rata Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, sekitar 30 kali diameter Bumi. Diameter Bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter Bumi. Ini berarti volume Bulan hanya sekitar 2 persen volume Bumi dan tarikan gravitasi di permukaannya sekitar 17 persen daripada tarikan gravitasi Bumi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit), dan variasi periodik dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari bertanggungjawab atas terjadinya fase-fase Bulan yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik). Massa jenis Bulan (3,4 g/cm³) adalah lebih ringan dibanding massa jenis Bumi (5,5 g/cm³), sedangkan massa Bulan hanya 0,012 massa Bumi.
Bulan yang ditarik oleh gaya gravitasi Bumi tidak jatuh ke Bumi disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi Bumi. Besarnya gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya tarik menarik antara gravitasi Bumi dan Bulan. Hal ini menyebabkan Bulan semakin menjauh dari Bumi dengan kecepatan sekitar 3,8cm/tahun. Bulan berada dalam orbit sinkron dengan Bumi, hal ini menyebabkan hanya satu sisi permukaan Bulan saja yang dapat diamati dari Bumi. Orbit sinkron menyebabkan kala rotasi sama dengan kala revolusi.
Tidak ada atmosfer dibulan mengakibatkan terjadinya hal- hal sebagai berikut :
1.      Di bulan tidak ada kehidupan.
2.      Permukaan di bulan sangat kasar ( berlubang ) dikarenakan benda-benda yang jatuh tidak ada yang menahan.
3.      Bunyi tidak dapat merambat di bulan, hal ini karena udara atau gas merupakan medium tempat perambatan suara.
4.      Suhu di permukaan bulan dapat berubah sangat cepat, antara -173 C sampai 100 C.
5.      Di Bulan tidak ada siklus air. Langit bulan tampak hitam gelap. Atmosfer bumi berwarna biru karena cahaya matahari yang mengenai molekul-molekul udara menghamburkan cahaya warna biru.


Penjelasan Dari Fase-Fase Bulan
Mula-mula saat bulan baru (new moon), tidak ada cahaya bulan yang nampak. Keesokan harinya bulan sabit tipis (waxing crescent) nampak di ufuk barat sebelum terbenam matahari. Setiap hari, luasan cahaya bulan tersebut terus membesar, hingga setelah kira-kira tujuh hari kemudian mencapai setengah dari luasan cakram bulan. Saat itu disebut first quarter. Luasan bulan terus membesar hingga kira-kira 14 hari setelah new moon, luasan cakram bulan mencapai maksimum 100% yang disebut dengan bulan purnama (full moon). Selanjutnya, luasan cahaya cakram bulan mulai mengecil hingga kembali mencapai setengah luasan, yang disebut sebagai fase last quarter. Kemudian bulan kembali berbentuk bulan sabit tipis (waning crescent) yang nampak di ufuk timur sebelum matahari terbit. Akhirnya, bulan kembali mengalami fase bulan baru dan begitu seterusnya.



2.3      Proses Terjadinya Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan
2.3.1        Gerhana Bulan
a.      Pengertian Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.

b.      Macam-macam Gerhana Bulan
1.      Gerhana bulan Total
Jika saat fase gerhana maksimum, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.
2.      Gerhana bulan Sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan sebagian.
3.      Gerhana bulan Penumbral Total
Pada Gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, Gerhana bulannya kita namakan Gerhana bulan penumbral total.
4.      Gerhana bulan Penumbral Sebagian
Dan Gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka Gerhana bulan tersebut dinamakan Gerhana bulan penumbral sebagian.
Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada Gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

c.       Tipe-tipe Gerhana Bulan
·         Tipe t, atau Gerhana bulan total. Disini, bulan masuk seluruhnya ke dalam kerucut umbra bumi.
·         Tipe p, atau Gerhana bulan parsial, ketika hanya sebagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.
·         Tipe pen, atau Gerhana bulan penumbra, ketika bulan masuk ke dalam kerucut penumbra, tetapi tidak ada bagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.

2.3.2        Gerhana Matahari

Gerhana matahari terjadi pada waktu bulan berada di antara bumi dan matahari, yaitu pada waktu bulan mati, dan bayang-bayang bulan yang berbentuk kerucut menutupi permukaan bumi. Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra adalah bagian yang agak terang dan bentuknya makin jauh dari bulan semakin lebar.


Jarak antara bulan dengan bumi akan membedakan jenis gerhana matahari yang terjadi. Berikut jenis-jenis dari gerhana matahari:
1.      Gerhana Matahari Total (total eclipse)
Gerhana matahari total adalah peristiwa tertutupnya seluruh piringan matahari oleh bulan.
2.      Gerhana Matahari Cincin (annular eclipse)
Disebut cincin karena pada saat gerhana berlangsung, piringan matahari terlihat tampak menyerupai cincin. Karena bertepatan dengan jarak bulan yang jauh dari bumi, menjadikan piringan bulan tampak lebih kecil dan tidak bisa menutupi piringan matahari sepenuhnya.
3.      Gerhana Matahari Sebagian (partial eclipse)
Piringan matahari masih terlihat sebagaian. Karena bertepatan dengan jarak bulan yang jauh dari bumi, menjadikan piringan bulan hanya menutupi sebagian dari piringan matahari.


Gambar ilustrasi gerhana matahari


BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari. Bulan dan matahari mengadakan aktivitas yang yang dapat menimbulkan terjadinya pasang surut laut. Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Faktor-faktor yang menyebabkan pasang surut laut adalah teori kesetimbangan, teori dinamis, dan beberapa faktor lokal. Adapun pemanfaatan dari teori pasang surut laut yaitu Persawahan Pasang Surut, Pembuatan garam (tambak garam), Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs), dan Penggerak Generator Listrik. Selain pasang surut laut, bulan juga dapat mempengaruhi terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan.

3.2    Saran
Dengan mempelajari tentang bulan, kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas yang mungkin ditimbulkan dan pengaruhnya bagi kehidupan makhluk hidup. Seperti pasang surut air laut yang sebaiknya diketahui oleh nelayan agar dia bisa menentukan kapan dia harus pergi melaut dan tidak melaut. 

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah., Rahma, Eny. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Jasin, Maskoeri. 2002. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Supartono, Hariwijaya, Nizamuddin. 1999. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.




Alam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tentang Budi Pekerti

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah fitrah, suci dari noda dan dosa. Namun, dalam pertumbuhannya fitrah dan kesucian dari noda dan dosa itu tidak dapat lagi dipertahankan. Demikian manusia dalam masa hidupnya selalu terpercik dengan dosa, apakah dosa besar atau kecil bergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Dewasa ini budi pekerti kita sebagai generasi penerus bangsa sebagian sudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya negatif sehingga mengarah pada penyimpangan perilaku dan budi pekerti yang kurang baik.
Memang untuk mengatasi apa lagi melenyapkan perilaku seperti itu amat berat. Namun, kita sebagai makhluk Tuhan tidak perlu berputus asa. Upaya untuk mengatasi perilaku seperti itu tetap kita cari dan jalankan dengan harapan pendidikan budi pekerti dan etika ini dapat menjawab tantangan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari tampaknya perlu seseorang mengetahui juga mana budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti yang jelek. Maksudnya, dengan pengenalan itu, seseorang yang berbudi pekerti yang baik selalu berusaha menghindari budi pekerti yang jelek dalam bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan sesama, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Manusia tidak terlepas dari interaksi sosial antara dirinya sendiri, keluarga, tetangga, teman atau pun lingkungannya dimana di dalam interaksi tersebut terjadi pengenalan sikap dan tingkah laku yang mencerminkan kepribadian dari seseorang tersebut. Kepribadian dari seseorang dapat terbentuk dari berbagai faktor baik itu faktor genetik yang dibawa sejak lahir atau faktor lingkungan tempat ia berada. Jika seseorang berada di lingkungan yang baik, tentu kepribadiannya akan terbentuk menjadi baik. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang berada di lingkungan yang tidak baik maka kepribadiannya pun akan menjadi tidak baik.
Oleh sebab itu setidaknya nilai-nilai moral dan akhlak yang baik mulai ditanamkan sejak dini terutama kepada anak-anak agar kelak mereka dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan keadaannya. Selain itu dengan dibiasakan bersikap yang baik, di dalam pikiran dan hatinya akan tertanam kuat nilai-nilai moral tersebut.
Namun sebelum mempelajari budi pekerti lebih dalam lagi hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang konsep budi pekerti menurut Alam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang akan dibahas pada makalah ini.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1        Bagaimana konsep budi pekerti menurut Alam Kamus Besar Bahasa Indonesia?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui konsep budi pekerti menurut Alam Kamus Besar Bahasa Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Konsep Budi Pekerti Menurut Alam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis). Namun dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai pengertian budi pekerti yang dikali dari sudut pandang secara leksikal atau kamus.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics.
Budi merupakan alat batin yang memandukan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk, benar salah, watak, perbuatan, daya upaya dan akal sehingga menentukan kualitas diri  seseorang yang tercermin dalam ucapan dan perbuatannya. Budi pekerti berkaitan erat dengan sikap dan perilaku dalam hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar.
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa budi pekerti berkaitan erat dengan adab yang menunjukkan sifat batin manusia, misalnya keinsyafan tentang kesucian, kemerdekaan, keadilan, ketuhanan, cinta kasih dan kesosialan.
Nilai-nilai budi pekerti antara lain meliputi adil, amanah, antisipasif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berpikir jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bijaksana, cerdas, cermat, cinta ilmu, dedikasi, demokratis, dinamis, disiplin, efesien, efektif, empati, gigih, giat, hemat, hormat, hati-hati, harmonis, iman, ikhlas, istighfar, inisiatif, inovatif, jujur, kasih sayang, keras kemauan, ksatria, komitmen, konstruktif, konsisten, kooperatif, kreatif, lapang dada, lemah lembut, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, menghargai, menjaga, nalar (logis), optimis, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, percaya diri, produktif, proaktif rajin, ramah, rasa indah, rasa malu, rasional, rela berkorban, rendah hati, sabar, saleh, setia, sopan santun, sportif, susila, syukur, takwa, taat, teguh, tangguh, tanggung jawab, tawakal, tegar, tegas, tekun, tenggang rasa, terbuka, tertib, terampil, tekun, tobat, ulet, unggul, wawasan luas, wirausaha, yakin dan sebagainya.
Nilai-nilai budi pekerti di atas mudah untuk diucapkan tapi sulit diamalkan. Seorang pendidik untuk menjelaskan nilai-nilai tersebut di atas tidak memerlukan waktu yang relatif lama, satu atau dua kali tatap muka dengan peserta didik dapat dengan mudah menjelaskannya. Tapi apabila nilai-nilai budi pekerti tersebut di atas ingin nampak dalam kepribadian sehari-hari memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk merealisasikannya memerlukan manajemen dalam arti memanfaatkan dan memberdayakan segala sumber daya manusia dan benda secara efektif, efesien, kontinyu dan konsisten.


BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
Adapun simpulan yang kami peroleh dari uraian makalah di atas adalah sebagai berikut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics.
Budi merupakan alat batin yang memandukan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk, benar salah, watak, perbuatan, daya upaya dan akal sehingga menentukan kualitas diri  seseorang yang tercermin dalam ucapan dan perbuatannya. Budi pekerti berkaitan erat dengan sikap dan perilaku dalam hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar.

3.2     Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini adalah sebagai calon pendidik dan salah satu generasi muda penerus bangsa hendaknya kita selalu berusaha mengamalkan ajaran budi pekerti kapan pun dan dimana pun sesuai kemampuan kita. Dengan mengemban tugas sebagai calon pendidik, setidaknya kita dapat mencontohkan sikap budi pekerti yang luhur kepada anak didik kita dari hal-hal kecil atau yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian sebagai salah satu generasi muda penerus bangsa hendaknya kita dapat memahami dan menanamkan ajaran budi pekerti tersebut sesuai dengan dasar negara Pancasila di dalam diri kita, setelah itu barulah kita amalkan di dalam hidup kita sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Dedi. 25 Juli 2011. Pendidikan Berwawasan Budi Pekerti. http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2011/06/25/pendidikan-berwawasan-budi-pekerti/
Iskandar. Minggu, 28 Oktober 2007. Apa Itu Budi Pekerti?. http://guru-iskandar.blogspot.com/2007/10/apa-itu-budi-pekerti.html
Yasrin. Pengertian Budi Pekerti dan Penjelasannya. 09 Juni 2011 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2171371-pengertian-budi-pekerti-dan-penjelasannya/