Saturday, November 16, 2013

“Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitar melalui bahasa tangis. Namun sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang sekitar lingkungannya, dan berkembang dengan orang lain yang baru di kenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara.Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah, pantomime atau seni. Sedangkan bicara adalah basaha lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Bertalian dengan perkembangan sosial anak, peranan orang tua sangat penting terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak. Oleh karena itu selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat memberi penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berprilaku positif. Sebaliknya orang tua juga berkewajiban memberi hukuman bagi anak apabila anak bertingkah laku negatif atau melakukan berbagai kesalahan.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana proses perkembangan bahasa pada setiap anak?
2.      Bagaimana terjadinya perkembangan sosial pada setiap anak?
3.      Bagaimana terjadinya perkembangan moral dan sikap pada setiap anak?

1.3  Tujuan

1.      Agar kita dapat mengetahui proses perkembangan bahasa pada setiap anak.
2.      Agar kita dapat mengetahui proses perkembangan bahasa pada setiap anak.
3.      Agar kita dapat mengetahui perkembangan moral dan sikap pada setiap anak.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Perkembangan Bahasa Pada Setiap Anak
Perkembangan bahasa pada masa ini merupakan hal yang penting. Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Masa balita merupakan masa yang sangat ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, karena setelah kemampuan berbicara dimiliki, tahapan berikutnya yang perlu dipelajari adalah mengembangkan jumlah kosa kata yang dimiliki anak, untuk kemudian dirangkai dalam bentuk kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang lazim. Terdapat beberapa kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi hasil atau menimbulkan perbedaan dalam belajar berbicara yaitu: kondisi kesehatan, tingkat kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, dorongan berkomunikasi yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian, ukuran/jumlah keluarga, urutan kelahiran dan metode pelatihan yang digunakan, serta pola komunikasi yang ada dalam keluarga.
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan periode Linguistik (1-5 tahun). Periode Linguistik terbagi dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Pada periode ini, bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari  dan untuk dirinya sendiri, tapi anak mulai mengadakan komunikasi dengan orang disekitarnya.
3. Fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara sudah mulai lancar dan berkembang pesat.
Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Oleh karena itu, baik bayi maupun anak kecil akan selalu berusaha supaya dapat berbicara agar orang lain dapat mengerti apa sebenarnya yang mereka maksud. Berikut adalah beberapa fungsi dan tujuan berbicara, diantaranya adalah:
1)      Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya.
2)      Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua, misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata yang tidak pantas.
3)      Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4)      Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaiman perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya.
5)      Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak popular atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari lingkungannya.
6)      Untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh dengan rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi potensi anak dalam berbicara diantaranya adalah  sebagai berikut:
1)      Kematangan alat berbicara
Kematangan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempurna dan membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai permulaan berbicara.
2)      Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai ketika anak berusia antara 12-18 bulan yang disebut teachable moment dari pekembangan bicara.
3)      Adanya model yang baik untuk di contoh oleh anak
Anak dapat menumbuhkan suatu modal tertentu agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.
4)      Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti sebabnya oleh orang tua atau lingkungannya.
5)      Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi anak, karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak.
6)      Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara pelan-pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau membetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan.
Disamping berbagai factor yang mendukung potensi anak dalam berbicara, terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi oleh anak dalam rangka belajar berbicara, diantaranya:
1)      Anak cengeng
Anak yang seringkali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energy sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga lain.
2)      Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Seringkali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Disamping itu juga dikarenakan orang tua seringkali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak.

2.2 Perkembangan Sosial yang Dialami Anak
Keterampilan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagi pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat dewasa.
1. Proses sosialisasi:
Perkembangan sosial adalah proses untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Untuk menjadi manusia yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses terpisah tetapi berjalan secara seiringan, yaitu: belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, mengetahui standar perilaku bagi anggota kelompok, dan berperilaku sesuai dengan standar dan pola perilaku yang dapat diterima.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima:
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat norma sosial yang telah ditetapkan dengan proses yang panjang oleh para anggota, kebiasaan dan pola perilaku ini juga akan diterapkan bagi anggota baru termasuk anak yang sedang belajar bermasyarakat.
3. Perkembangan sikap sosial
Untuk dapat bergaul dan menjadi anggota komonitas tertentu baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun kelompok teman sebayanya di masyarakat, pada masa kanak-kanak awal ini anak juga mulai dituntut untuk bersikap dan berbuat seperti orang-orang disekitarnya termasuk melakukan berbagai aktivitas sosial yang mereka lakukan.
4. Perilaku sosial pada masa kanak-kanak:
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal akan tampak pada pola perilaku seperti: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan menerima sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan perilaku kelekatan.
Peran orang tua sangat penting, terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak-anak.Selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat memberi penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku positif.Sebaliknya orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberikan hukuman apabila anak bertingkah laku negatif atau melakukan kesalahan. Ganjaran atau hukuman yang dapat diberikan oleh orang tua terhadap anak:
1)  Ganjaran atau Hadiah
Ganjaran atau hadiah adalah berbagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai oleh suatu atau sekelompok anak dalam aktivitas tertentu. Ada tiga fungsi hadiah yang amat penting dalam pendidikan, yaitu:
a. Memiliki nilai pendidikan
Di samping merupakan suatu benda nyata, hadiah juga mempunyai makna, anak akan segera mengetahui apabila dia menerima hadiah dari orang tua atau guru, ia dapat mengintepretasikan bahwa dia telah dapat berbuat baik yang dapat menyenangkan orang tua atau gurunya.
b. Memberikan motivasi kepada anak
Fungsi kedua hadiah adalah agar dapat memberikan motivasi kepada anak untuk mau mengulangi perilaku yang dapat diterima bahkan bahkan ditingkatkan lebih baik lagi.
c. Memperkuat perilaku
Hadiah yang diberikan kepada anak juga berfungsi untuk memperkuat perilaku anak yang dapat diterima lingkungannya. Ini berarti menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dan pemahaman bahwa sesuatu yang dilakukan tersebut betul dan diakui kebenarannya oleh lingkungan setempat.
2)  Hukuman
Hukuman merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Adapun fungsi hukuman, yaitu:
a. Fungsi Restriktif
Dengan diberikannya suatu hukuman terhadap anak, ini berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan dalam masyarakat tidak akan terulang lagi. Nilai ini berfungsi sebagai pembatas agar anak tidak mengulangi perbuatan kesalahan yang sama pada kemudian hari.
b. Fungsi pendidikan
Dalam kaitannya dengan pendidikan tindakan orang tua yang paling utama adalah memberikan penjelasan kepada anak tentang pemahaman adanya peraturan yang berkaitan dengan perbuatan salah atau benar.
c. Sebagai penguat motivasi
Motivasi memegang peranan penting bagi kehidupan anak lebih-lebih anak yang meningkat usia remaja. Sebaiknya pemberian hukuman disamping dimarahi juga sekaligus diberikan pengarahan atau nasihat yang dapat merupakan hadiah moril dan motivasi bagi anak untuk dapat berperilaku yang diharapkan, yaitu perilaku positif yang dapat mendorong kegairahan belajar.
Adapun syarat-syarat dari hukuman, yaitu:
a. Sebaiknya hukuman segera diberikan kepada anak yang membuat kesalahan dan patut mendapat hukuman.
b. diberikan secara konsisten. Dalam arti, untuk pelanggaran tertentu telah dipersiapkan jenis hukumannya.
c. Bersifat konstruktif. Jenis hukuman harus dapat menyadarkan anak bahwa perbuatan yang dilakukan adalah salah, sehingga dengan hukuman tersebut anak dapat memotivasi dirinya untuk merubah perilakunya.
d. Bersifat impresional. Hukuman yang diberikan jangan ditujukan kepada pribadi anak, akan tetapi untuk merubah perilaku anak dengan maksud agar tidak mengulang perbuatan salah tersebut dikemudian hari.
e. Harus disertai alasan. Alasan dalam memberikan hukuman sangat penting, sebab dengan alasan tersebut penerima hukuman dapat berlaku adil dan bersikap objektif dalam menerapkan hukuman kepada anak.
f.  Sebagai alat untuk mengembangkan hati nurani anak. Suatu saat anak dapat mengembangkan control dari dalam dirinya sendiri, pada saat akan berbuat salah anak selalu ingat akan hukuman yang pernah diterima.
g. Hukuman diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. Hukuman harus diberikan pada tempat dan waktu yang tepat, agar anak tidak merasa malu terhadap teman atau kelompoknya.

2.3 Perkembangan Moral dan Sikap yang Dialami Anak
Pada awal masa kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dirinya dengan ibu atau ayahnya, atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan pada masa-masa selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, dan sebagainya. Pada dewasa ini adanya pakar identifikasi sebagai sumber dari proses mempelajari perilaku moral, menjadi sangat penting, karena hal ini bisa mengisi jarak dan meletakkan dasar penting bagi perkembangan moral anak. Beriku ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak.
1)      Imitasi (Imitation)
Dalam tulisan ini imitasi berarti peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya.
2)  Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. Dalam internalisasi tersebit, faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan pada diri individu atau anak  tersebut terhadap pandangan  atau nilai tertentu dari orang lain, orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan sehari-hari.
3)  Introvert dan ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sebaliknya ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi diluar dirinya.
4)   Kemandirian
Dalam pengertian umum kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak pengertian atau istilah kemandirian seringkali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
5)    Ketergantungan
Anak-anak pada usia 6-12 tahun karena kebutuhan hidupnya sangat tergantung kepada orang tua atau orang dewasa lain, terutama yang masih ada hubungan keluarga. Akan tetapi karena bertambahnya usia dan perkembangan jasmani dan rohaninya, ketergantungan tersebut makin berkurang, dan timbullah rasa ingin mandiri.

6)   Bakat
Bakat atau aptitude merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuati tingkat kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi tampilnya bakat anak, yaitu:
a.       Faktor motivasi
Faktor motivasi berhubungan erat dengan daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Apabila orang tua dan guru kurang memberikan motivasi kepada anak, perkembangan bakat anak tidak dapat lancar, bahkan mungkin tidak akan tampil sebagaimana seharusnya.
b.      Faktor nilai atau value
Faktor ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memberi arti terhadap hasil pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.
c.       Konsep diri
Anak yang memiliki konsep diri yang positif selalu berusaha berinteraksi secara timbale balik dengan sukses yang merupakan aktualisasi bakatnya. Anak yang memiliki konsep diri yang positif tersebut selalu merasa yakin atas sesuatu yang sedang dikerjakannya.




BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Proses perkembangan bahasa pada setiap individu merupakan hal yang sangat  penting.Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Adapun perkembangan bahasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu: Fase satu kata atau Holofrase, Fase lebih dari satu kata, dan Fase diferensiasi.
Proses perkembangan sosial pada setiap individu dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: proses sosialisasi, memainkan peran sosial yang dapat diterima, perkembangan sikap sosial, perilaku sosial pada masa kanak-kanak.
Perkembangan moral dan sikap yang dialami anak ditentukan oleh beberapa faktor pembentuk perilaku moral dan sikap anak, diantaranya: Imitasi (Imitation), Internalisasi, Introvert dan ekstrovert, Kemandirian,  Ketergantungan, dan Bakat. Sedangkan 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi tampilnya bakat anak, yaitu: Faktor motivasi, Faktor nilai atau value, dan Konsep diri .

3.2 Saran
Melalui makalah ini, kami menyarankanr kepada pembaca agar memahami karakteristik anak SD, yaitu mengenai perkembangan bahasa, perkembangan sosial yang dialami anak, serta perkembangan moral dan sikap yang dialami anak. Sehingga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan anda tentang materi tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Mulyani; Syaodih, Nana. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Poerwanti, Endang ; Widodo, Nur. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadyah Malang

0 komentar:

Post a Comment