BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia
sekitar melalui bahasa tangis. Namun sejalan dengan perkembangan kemampuan
serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara,
komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang sekitar
lingkungannya, dan berkembang dengan orang lain yang baru di kenal dan
bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian
bahasa dan berbicara.Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang
diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh,
ekspresi wajah, pantomime atau seni. Sedangkan bicara adalah basaha lisan yang
merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting
serta paling banyak dipergunakan.
Bertalian dengan perkembangan sosial anak, peranan
orang tua sangat penting terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi
anak. Oleh karena itu selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua
juga diharapkan dapat memberi penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah
pada saat anak berprilaku positif. Sebaliknya orang tua juga berkewajiban
memberi hukuman bagi anak apabila anak bertingkah laku negatif atau melakukan
berbagai kesalahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses perkembangan bahasa pada setiap anak?
2. Bagaimana
terjadinya perkembangan sosial pada setiap anak?
3. Bagaimana
terjadinya perkembangan moral dan sikap pada setiap anak?
1.3 Tujuan
1.
Agar kita dapat
mengetahui proses perkembangan bahasa pada setiap anak.
2.
Agar kita dapat
mengetahui proses perkembangan bahasa pada setiap anak.
3.
Agar kita dapat
mengetahui perkembangan moral dan sikap pada setiap anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Perkembangan Bahasa
Pada Setiap Anak
Perkembangan bahasa pada masa ini
merupakan hal yang penting. Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia
sekitarnya melalui bahasa tangis. Masa balita merupakan masa yang sangat ideal
untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, karena setelah kemampuan berbicara
dimiliki, tahapan berikutnya yang perlu dipelajari adalah mengembangkan jumlah
kosa kata yang dimiliki anak, untuk kemudian dirangkai dalam bentuk kalimat
dengan menggunakan tata bahasa yang lazim. Terdapat beberapa kondisi yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil atau menimbulkan perbedaan dalam belajar
berbicara yaitu: kondisi kesehatan, tingkat kecerdasan, keadaan sosial ekonomi,
dorongan berkomunikasi yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian, ukuran/jumlah
keluarga, urutan kelahiran dan metode pelatihan yang digunakan, serta pola
komunikasi yang ada dalam keluarga.
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi
dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan
arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari
tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi
atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan periode Linguistik
(1-5 tahun). Periode Linguistik terbagi dalam tiga fase, yaitu:
1.
Fase satu kata atau Holofrase
Pada
fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks,
baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas.
Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2.
Fase lebih dari satu kata
Fase
dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Pada periode ini,
bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri, tapi anak mulai
mengadakan komunikasi dengan orang disekitarnya.
3.
Fase diferensiasi
Periode
terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara sudah mulai lancar dan berkembang
pesat.
Berbicara merupakan salah satu alat
komunikasi yang paling efektif. Oleh karena itu, baik bayi maupun anak kecil
akan selalu berusaha supaya dapat berbicara agar orang lain dapat mengerti apa
sebenarnya yang mereka maksud. Berikut adalah beberapa fungsi dan tujuan
berbicara, diantaranya adalah:
1) Sebagai
pemuas kebutuhan dan keinginan
Dengan berbicara anak
mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang
lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya.
2) Sebagai
alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada umumnya setiap
anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui
keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya
mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua,
misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata yang tidak pantas.
3) Sebagai
alat untuk membina hubungan sosial
Kemampuan anak
berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi
bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi
anak-anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh
kesempatan lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu
kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai
alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari pernyataan orang
lain anak dapat mengetahui bagaiman perasaan dan pendapat orang tersebut
terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan
bagaimana lingkungan menilai dirinya.
5) Untuk
dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain
Anak yang suka
berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang
orang lain dapat menyebabkan anak tidak popular atau tidak disenangi lingkungannya.
Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat
merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari
lingkungannya.
6) Untuk
mempengaruhi perilaku orang lain
Dengan kemampuan berbicara dengan
baik dan penuh dengan rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau
teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
potensi anak dalam berbicara diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Kematangan
alat berbicara
Kematangan berbicara
juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Alat-alat tersebut baru
dapat berfungsi dengan baik setelah sempurna dan membentuk atau memproduksi
suatu kata dengan baik sebagai permulaan berbicara.
2) Kesiapan
berbicara
Kesiapan mental anak
sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud
biasanya dimulai ketika anak berusia antara 12-18 bulan yang disebut teachable moment dari pekembangan
bicara.
3) Adanya
model yang baik untuk di contoh oleh anak
Anak dapat menumbuhkan
suatu modal tertentu agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat
dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.
4) Kesempatan
berlatih
Apabila anak kurang
mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan
sering kali marah yang tidak dimengerti sebabnya oleh orang tua atau
lingkungannya.
5) Motivasi
untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan
melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi anak, karena untuk memenuhi
kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak.
6) Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting
untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka
memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara pelan-pelan yang mudah
diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau membetulkan apabila
dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan.
Disamping berbagai factor yang mendukung
potensi anak dalam berbicara, terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi
oleh anak dalam rangka belajar berbicara, diantaranya:
1) Anak
cengeng
Anak yang seringkali
menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis
anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energy sehingga
secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan
psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang
tuanya, atau anggota keluarga lain.
2) Anak
sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Seringkali anak tidak dapat
memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini
disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Disamping itu juga
dikarenakan orang tua seringkali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan
kata-kata yang belum dikenal oleh anak.
2.2 Perkembangan Sosial yang
Dialami Anak
Keterampilan anak untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagi pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan
modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses
dan menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat dewasa.
1.
Proses sosialisasi:
Perkembangan
sosial adalah proses untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Untuk
menjadi manusia yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses terpisah tetapi
berjalan secara seiringan, yaitu: belajar berperilaku yang dapat diterima
secara sosial, mengetahui standar perilaku bagi anggota kelompok, dan
berperilaku sesuai dengan standar dan pola perilaku yang dapat diterima.
2.
Memainkan peran sosial yang dapat diterima:
Dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat norma sosial yang telah ditetapkan dengan proses
yang panjang oleh para anggota, kebiasaan dan pola perilaku ini juga akan
diterapkan bagi anggota baru termasuk anak yang sedang belajar bermasyarakat.
3.
Perkembangan sikap sosial
Untuk
dapat bergaul dan menjadi anggota komonitas tertentu baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun kelompok teman sebayanya di masyarakat, pada masa
kanak-kanak awal ini anak juga mulai dituntut untuk bersikap dan berbuat
seperti orang-orang disekitarnya termasuk melakukan berbagai aktivitas sosial
yang mereka lakukan.
4.
Perilaku sosial pada masa kanak-kanak:
Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak awal akan tampak pada pola perilaku seperti: kerja
sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan menerima sosial, simpati, empati,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan
perilaku kelekatan.
Peran orang tua sangat penting, terutama
dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak-anak.Selain memberi anak
kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat memberi penguatan
melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku
positif.Sebaliknya orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberikan hukuman
apabila anak bertingkah laku negatif atau melakukan kesalahan. Ganjaran atau
hukuman yang dapat diberikan oleh orang tua terhadap anak:
1)
Ganjaran atau Hadiah
Ganjaran atau hadiah adalah berbagai
bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai
oleh suatu atau sekelompok anak dalam aktivitas tertentu. Ada tiga fungsi
hadiah yang amat penting dalam pendidikan, yaitu:
a. Memiliki nilai pendidikan
Di
samping merupakan suatu benda nyata, hadiah juga mempunyai makna, anak akan
segera mengetahui apabila dia menerima hadiah dari orang tua atau guru, ia
dapat mengintepretasikan bahwa dia telah dapat berbuat baik yang dapat
menyenangkan orang tua atau gurunya.
b.
Memberikan motivasi kepada anak
Fungsi
kedua hadiah adalah agar dapat memberikan motivasi kepada anak untuk mau
mengulangi perilaku yang dapat diterima bahkan bahkan ditingkatkan lebih baik
lagi.
c. Memperkuat perilaku
Hadiah
yang diberikan kepada anak juga berfungsi untuk memperkuat perilaku anak yang
dapat diterima lingkungannya. Ini berarti menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan
diri dan pemahaman bahwa sesuatu yang dilakukan tersebut betul dan diakui
kebenarannya oleh lingkungan setempat.
2)
Hukuman
Hukuman
merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Adapun fungsi hukuman, yaitu:
a. Fungsi Restriktif
Dengan diberikannya suatu hukuman
terhadap anak, ini berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan
dalam masyarakat tidak akan terulang lagi. Nilai ini berfungsi sebagai pembatas
agar anak tidak mengulangi perbuatan kesalahan yang sama pada kemudian hari.
b. Fungsi pendidikan
Dalam
kaitannya dengan pendidikan tindakan orang tua yang paling utama adalah
memberikan penjelasan kepada anak tentang pemahaman adanya peraturan yang
berkaitan dengan perbuatan salah atau benar.
c. Sebagai penguat motivasi
Motivasi
memegang peranan penting bagi kehidupan anak lebih-lebih anak yang meningkat
usia remaja. Sebaiknya pemberian hukuman disamping dimarahi juga sekaligus
diberikan pengarahan atau nasihat yang dapat merupakan hadiah moril dan
motivasi bagi anak untuk dapat berperilaku yang diharapkan, yaitu perilaku
positif yang dapat mendorong kegairahan belajar.
Adapun syarat-syarat dari hukuman,
yaitu:
a. Sebaiknya hukuman segera diberikan
kepada anak yang membuat kesalahan dan patut mendapat hukuman.
b. diberikan secara konsisten. Dalam
arti, untuk pelanggaran tertentu telah dipersiapkan jenis hukumannya.
c. Bersifat konstruktif. Jenis hukuman
harus dapat menyadarkan anak bahwa perbuatan yang dilakukan adalah salah,
sehingga dengan hukuman tersebut anak dapat memotivasi dirinya untuk merubah
perilakunya.
d. Bersifat impresional. Hukuman yang
diberikan jangan ditujukan kepada pribadi anak, akan tetapi untuk merubah
perilaku anak dengan maksud agar tidak mengulang perbuatan salah tersebut
dikemudian hari.
e. Harus disertai alasan. Alasan dalam
memberikan hukuman sangat penting, sebab dengan alasan tersebut penerima
hukuman dapat berlaku adil dan bersikap objektif dalam menerapkan hukuman
kepada anak.
f.
Sebagai alat untuk mengembangkan hati nurani anak. Suatu saat anak dapat
mengembangkan control dari dalam dirinya sendiri, pada saat akan berbuat salah
anak selalu ingat akan hukuman yang pernah diterima.
g. Hukuman diberikan pada tempat dan
waktu yang tepat. Hukuman harus diberikan pada tempat dan waktu yang tepat,
agar anak tidak merasa malu terhadap teman atau kelompoknya.
2.3 Perkembangan Moral dan Sikap
yang Dialami Anak
Pada awal masa
kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dirinya dengan ibu atau
ayahnya, atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan pada masa-masa
selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai
mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, dan sebagainya.
Pada dewasa ini adanya pakar identifikasi sebagai sumber dari proses
mempelajari perilaku moral, menjadi sangat penting, karena hal ini bisa mengisi
jarak dan meletakkan dasar penting bagi perkembangan moral anak. Beriku ini
beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak.
1)
Imitasi (Imitation)
Dalam tulisan ini imitasi berarti
peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang dilakukan
dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau
peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada
disekitarnya.
2)
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang
merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam
dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. Dalam internalisasi
tersebit, faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan
pada diri individu atau anak tersebut
terhadap pandangan atau nilai tertentu
dari orang lain, orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan sehari-hari.
3)
Introvert dan ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sebaliknya ekstrovert adalah
kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga
segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak
ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi diluar dirinya.
4)
Kemandirian
Dalam pengertian umum kemandirian adalah
kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam
bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak pengertian atau istilah
kemandirian seringkali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala
sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
5) Ketergantungan
Anak-anak
pada usia 6-12 tahun karena kebutuhan hidupnya sangat tergantung kepada orang
tua atau orang dewasa lain, terutama yang masih ada hubungan keluarga. Akan
tetapi karena bertambahnya usia dan perkembangan jasmani dan rohaninya,
ketergantungan tersebut makin berkurang, dan timbullah rasa ingin mandiri.
6) Bakat
Bakat
atau aptitude merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya
rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuati tingkat
kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang
lain.
Terdapat
3 faktor utama yang dapat mempengaruhi tampilnya bakat anak, yaitu:
a.
Faktor motivasi
Faktor
motivasi berhubungan erat dengan daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran
tertentu. Apabila orang tua dan guru kurang memberikan motivasi kepada anak,
perkembangan bakat anak tidak dapat lancar, bahkan mungkin tidak akan tampil
sebagaimana seharusnya.
b.
Faktor nilai
atau value
Faktor
ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memberi arti terhadap hasil pekerjaan
yang sesuai dengan bakatnya.
c.
Konsep diri
Anak yang memiliki
konsep diri yang positif selalu berusaha berinteraksi secara timbale balik
dengan sukses yang merupakan aktualisasi bakatnya. Anak yang memiliki konsep
diri yang positif tersebut selalu merasa yakin atas sesuatu yang sedang
dikerjakannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Proses perkembangan
bahasa pada setiap individu merupakan hal yang sangat penting.Setiap manusia mengawali komunikasinya
dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Adapun perkembangan bahasa
dibagi menjadi tiga fase, yaitu: Fase satu kata atau Holofrase, Fase lebih dari
satu kata, dan Fase diferensiasi.
Proses perkembangan sosial pada setiap
individu dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: proses sosialisasi,
memainkan peran sosial yang dapat diterima, perkembangan sikap sosial, perilaku
sosial pada masa kanak-kanak.
Perkembangan moral dan
sikap yang dialami anak ditentukan oleh beberapa faktor pembentuk perilaku
moral dan sikap anak, diantaranya: Imitasi (Imitation),
Internalisasi, Introvert dan ekstrovert, Kemandirian, Ketergantungan, dan Bakat. Sedangkan 3 faktor
utama yang dapat mempengaruhi tampilnya bakat anak, yaitu: Faktor motivasi, Faktor
nilai atau value, dan Konsep diri .
3.2 Saran
Melalui makalah ini,
kami menyarankanr kepada pembaca agar memahami karakteristik anak SD, yaitu
mengenai perkembangan bahasa, perkembangan sosial yang dialami anak, serta
perkembangan moral dan sikap yang dialami anak. Sehingga dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan anda tentang materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Mulyani; Syaodih, Nana.
2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Poerwanti, Endang ; Widodo, Nur.
2000. Perkembangan Peserta Didik.
Malang: Universitas Muhammadyah Malang
0 komentar:
Post a Comment