Saturday, November 16, 2013

Landasan Historis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari sejarah kehidupan, karena sejarah itu dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melakukan suatu tindakan dimasa sekarang, baik itu tindakan yang lebih baik atau sebaliknya, sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal.
Sejarah adalah suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Sejarah itu diisi tergantung pada pembuat sejarah, apakah diisi dengan tinta sejarah yang bermanfaat atau sebaliknya. Hingga sampai saat ini pun kita sebenarnya sedang membuat sejarah tentang kehidupan kita untuk generasi penerus kita, baik itu untuk anak dan cucu kita maupun semua orang yang terlibat dalam aktivitas kehidupan kita. Secara tidak langsung kita sekarang ini akan menjadi sejarah bagi generasi penerus kita di kehidupan mendatang.
Peristiwa sejarah meliputi berbagai aktivitas manusia di semua bidang, salah satunya adalah landasan sejarah dalam bidang pendidikan yang merupakan pembahasan dalam makalah ini. Pendidikan merupakan hasil sejarah orang-orang sebelum kita yang berjasa dalam bidang sejarah. Oleh karena itu, dengan adanya landasan sejarah pendidikan di masa lalu bisa dijadikan gambaran untuk melakukan pendidikan dimasa sekarang. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikan dapat mengarah pada tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11).
Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berdasar Pancasila yang dimotori oleh pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang akan dicapai (Pidarta, 2007: viii).
Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka secra formal dimulai sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya kepada dunia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka ini merupakan kelanjutan dari cita-cita dan praktek-praktek pendidikan masa lampau yang tersurat atau tersirat yang  masih menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan ini (Mudyaharjo, 2008:214).
Dalam proses pertumbuhan menjadi negara maju, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan, termasuk dalam bidang pendidikan. Perubahan-perubahan itu merupakan hal yang wajar karena perubahan selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bisa berganti selaras dengan perkembangan serta tuntutan zaman pada saat itu. Tidak mengherankan jika sistem pendidikan yang dianut segera setelah merdeka adalah sistem kontinental karena kontak kita pada saat itu adalah dengan negara-negara Eropa, khususnya negeri Belanda (Dardjowidjojo, 1991: ix)
Pengambilalihan sistem kontinental itu tentu kita lakukan dengan penuh kesadaran bahwa sistem tersebut belum tentu cocok dan langgeng dengan perkembangan pendidikan yang kita kehendaki. Setelah kita merdeka dan menetapkan sistem pendidikan kontinental sekitar lima windhu, kita dapati bahwa pendidikan dengan sistem Eropa tidak cocok dengan tuntutan perkembangan zaman (Dardjowidjojo, 1992:1).
Proses pendewasaan pun berlanjut, dan pengalaman telah banyak mengajarkan kepada kita untuk memetik mana yang baik dan mana yang buruk. Keadaan politik nasional dan internasional, perekonomian dunia, hubungan antar bangsa, dan peran yang dimainkan bangsa Indonesia pun bergeser dan berubah, yang sedikit banyak mendorong kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu.

1.2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut,
1.      Bagaimana sejarah pendidikan di dunia?
2.      Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia?
3.      Apa yang menjadi landasan historis kependidikan di Indonesia?
4.      Apa implikasi konsep pendidikan yang bersumber dari landasan historis ini?

1.3.       Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,
1.      Untuk mengetahui sejarah pendidikan di dunia.
2.      Untuk mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui landasan historis kependidikan di Indonesia.
4.      Untuk mengetahui implikasi konsep pendidikan yang bersumber dari landasan historis.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.         Sejarah Pendidikan Dunia
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai dari zaman Hellenisme  (150SM-500), zaman pertengahan (500-1500), zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an). Namun pendidikan pada zaman ini belum memberikan kontribusinya pada pendidikan zaman sekarang. Oleh karena itu, pendidikan pada zaman ini tidak dijabarkan dalam makalah ini.
Makalah ini membahas sejarah pendidikan dunia meliputi zaman-zaman seperti zaman Realisme, Rasionalisme, Naturalisme, Developmentalisme, Nasionalisme, Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta Sosialisme.
1.      Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan-penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan sebelumnya yang banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis. Menurut aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui persepsi penginderaan.
Tokoh-tokoh pendidikan zama Realisme ini adalah Francis Bacon dan Johhann Amos Comenius. Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:
a.       Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran.
b.      Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
c.       Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan.
d.      Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak.
e.       Pelajaran harus diberikan unsur satu per satu, dari yang paling mudah.
f.       Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemuadian dianalisa sehingga menimbulkan simpulan) dan anak-anak harus belajar dari realita alam.
g.      Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.
2.      Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk dirinya. Paha mini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.
Tokoh pendidikan pada zaman ini yaitu pada abad ke-18 adalah John Locke. Teorinya yang terkenal adalah leon Tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis do atas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa mengarahkan kepada hal-hal yang negative, seperti intelektualisme, individualisme, dan materialisme.
3.      Zaman Naturalisme
Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme dengan tokohnya J.J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar sebagi akibat dari Rasionalisme, seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat dan sebagainya. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah yang menjadi gugur, sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah (pendidikan alam). Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri.
4.      Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologi dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall.
Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:
a.       Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
b.      Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak yang melalui observasi dan eksperimen.
c.       Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai asuhan yang baik (nurture)
d.      Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan universal.
5.      Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).
Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:
a.       Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara.
b.      Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan.
c.       Materi pelajarannya meliputi bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan jasmani.
Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I.
6.      Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte.
7.      Zaman Sosialisme
Aliran sosialdalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak liberalism, positivisme, dan individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George  Kerchensteiner, dan John Dewey.
Menurut aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial.

2.2.         Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Oleh sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia menjadi cukup panjang. Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dari zaman Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan dan zaman kemerdekaan.


Berikut ini  diuraikan perjalanan sejarah pendidikan bangsa Indonesia.
1.      Pendidikan pada Zaman Hindu dan Budha
Pendidikan formal berkembang pada zaman Hindu yang terjadi di kerajaan-kerajaan yang sudah berkembang. Materi pembelajaran berpusat kepada ajaran agama, membaca dan menulis (huruf Pallawa) dan bahasa Sansekerta. Para pendidiknya ialah orang-orang pandai yang memahami ajaran agama (Pandita), yang berasal dari kasta Brahmana. Para peserta masih terbatas kepada kasta Brahmana dan Ksatria. Pendidikan pada zaman Hindu lebih tepat dikatan sebagai “perguruan” dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia.
Pada zaman Budha, terdapat Perguruan Tinggi Budha yang murid-muridnya banyak berasal dari Indocina, Jepang dan Tiongkok. Guru yang terkenal. Para murid pada saat itu juga belajar seni pahat dan sastra.
Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah:
a.       Kaum Brahmana, pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab suci sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal.
b.      Kaum Ksatria, sebagi penguasa, pendidikan bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berhubungan dengan pemerintahan.
c.       Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam hidup.
Beberapa sifat pendidikan yang menonjol pada saat itu adalah informal, berpusat pada religi, penghormatan tertinggi kepada gutu dan aristokrat atau pendidikan hanya diikuti golongan tertentu saja. Jenis pendidikan yang diajarkan adalah pendidikan intelektual (penguasaan kitab suci), pendidikan kesatriaan (pendidikan pemerintahan) dan pendidikan keterampilan (pewarisan keterampilan). Tempat-tempat yang biasanya dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah pecatrikan/padepokan, pura, petapaan, dan keluarga.
Sampai jatuhnya Majapahit pada abad ke-15, ilmu pengetahuan terus berkembang. Khususnya di bidang sastra, bahasa, ilmu pengetahuan dan tatanegara serta ilmu hukum. Dalam seni bangunan dan seni pahat, banyak dihasilkan karya arsitektur yang menakjubkan.
2.      Pendidikan pada Zaman Islam
Pada mulanya, ajaran Islam disebarkan melalui perdagangan. Para pedagang juga menyebarkan Islam dan menjadi ustadz (guru). Pendidikan Islam di Jawa mulai teratur sejak seorang ulama yang bernama Maulana Malik Ibrahim mengajarkan ajaran agama secara khusus di rumahnya, kemuadian mendirikan langgar di Gresik. Beberapa penulis sejarah mengatakan bahwa beliaulah yang pertama-tama mendirikan pesantren. Dalam penyebaran agama dan pendidikan Islam, para ulama atau Wali telah banyak menentukan perkembangan dan kemajuan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam lebih teratus setelah Raden Patah mendirikan pesantren di Glagah Arum, yang masih berada di bawah kekuasaan Majapahit. Raden patah adalah orang yang pertama kali mengorganisir pendidikan Islam dengan mendirikan organisasi Bayangkare. Kemudian, pada saar Raden Patah memisahkan diri dari Majapahit, perkembangan pendidikan Islam lebih leluasa lagi dan menyebar ke seluruh pelosok pulau Jawa. Setelah Demak ditaklukkan oleh Pajang, dilakukan penyempurnaan dalam pendidikan Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, di tiap kota harus dibangun Masjid Gede yang paten. Pada masa itu telah ada lembaga-lembaga pendidikan yang berupa Pengajian Qur’an, Pengajian Kitab, Pesantren Besar dan Pesantren Keahlian.
Dasar pendidikan Islam adalah tauhid mengakui ke-Esaan Allah dan menyerahkan diri pada-Nya dengan ikhlas dan melakukan amal saleh. Tujuan pendidikan pada zaman Islam adalah:
a.       Memiliki pengetahuan  praktis yang sangat berguna untuk hidup di dunia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
b.      Memiliki pengetahuan kegunaan yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma, dan Qiyas.
c.       Menjadi manusia yang menjalankan ajaran Islam, manusia yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah.
Lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan ajaran Islam adalah langgar dan pondok pesantren. Adapun metode-metode pendidikan yang digunakan adalah:
a.       Metode Sorongan
Metode membaca Al-Qur’an dimulai dengan pengenalan huruf serta tanda-tandanya untuk langsung membaca surat-surat pendek. Apabila sudah lancer dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an ampai tamat. Cara mengajarkan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan, serta membaca Al-Qur’an dilakukan seorang demi seorang secara individual.
b.      Metode Halaqan/Pagalan
Dengan metode ini, para santri semua duduk melingkari Kyai dengan kitab yang sedang dipelajarinya dibacakan dengan bahasa Arab, diterjemahkan dan dijelaskan maksudnya. Para santri menulis dan mendengarkan terjemahan dan diadakan juga Tanya jawab.
Pendidikan pada zaman Islam ini bersifat religious, guru tidak memperoleh bayaran dan pendidikan Islam bersifat demokratis.
3.      Pendidikan pada Zaman Penjajahan
a.       Kedatangan Orang Portugis
Pada masa Portugis, masyarakat dibaptis dan dijadikan Katolik Roma. Mereka lalu diberi pendidikan agar agama baru tersebut dapat dipertahankan dan terus berkembang. Penduduk Portugis di Indonesia hanya bertahan sampai Belanda lalu menguasai Indonesia.


b.      Zaman VOC
Pada zaman VOC, dasar pendidikannya adalah agama Kristen Protestan. Adapun tujuan pendidikannya adalah:
(1)   Untuk mengembangkan agama Kristen Protestan
(2)   Pendidikan yang diberikan kepada bumi putera adalah untuk mendapatkan tenaga pembantu yang murah.
Jenis-jenis sekolah pada zaman ini adalah pendidikan dasar, sekolah latin, seminarium theological, dan akademi pelayaran.
c.       Pemerintahan Hindia Belanda
Pada tahun 1799, VOC dibubarkan karena mengalami kemunduran. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan atas Indonesia. Bersamaan dengan itu, di Eropa terjadi perubahan dengan alam pikiran baru yaitu Auflarung yang berarti fajar, terang dan merupakan abad akal.
Ciri persekolahan pada zaman ini adalah:
(1)   Sekolah besifat dulistis, Pemerintah Kolonial Belanda membuat stratifikasi sosial masyarakat yang terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan Eropa, golongan asing diluar Eropa dan golongan bumi putera yang merupakan golongan kelas tiga.
(2)   Sekolah bersifat sekuler.
(3)   Sekolah lebih banyak didasarkan pada kebudayaan Barat.
(4)   Sekolah pemerintah kurang memperhatikan keterampilan khusus.
(5)   Sekolah pemerintah kurang memperhatikan pendidikan kaum wanita.
Jenis-jenis sekolah:
(1)   Sekolah untuk orang Eropa
Sekolah untuk orang Eropa ada dua yaitu sekolah dasar dan sekoalah lanjutan.
(2)   Sekolah untuk Bumi Putera
Sekolah untuk Bumi Putera terdiri dari sekolah rakyat yang dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu sekolah rakyat untuk anak-anak pemuka-pemuka, para tokoh, dan orang-orang terhormat serta sekolah rakyat kelas dua untuk anak-anak rakyat biasa. Selain itu ada juga sekolah raja dan sekolah lanjutan.
(3)   Sekolah Kejuruan
Ada tiga jenis sekolah kejuruan pada masa itu, yaitu sekolah pertukangan, sekolah pendidikan guru dan sekolah gadis.
d.      Pendidikan Hindia Belanda sejak 1900
Pada awal abad ke-20, di Indonesia lahir politik etis. Politik etis yang dicetuskan oleh Van de Venter, ditunjukan demi kepentingan Bumi Putera dengan cara memajukan penduduk asli dengan cara barat (pendidikan barat). Politik etis ini adalah edukasi, irigasi, dan imigrasi.
Pemerintah mendasarkan kebijaksanaannya dalam pendidikan sebagai berikut:
(1)   Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi segolongan Bumi Putera.
(2)   Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putera disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sedangkan tujuan pendidikan Belanda hanyalah sekedar untuk memperoleh tenaga-tenaga kerja yang murah.
Jenis-jenis persekolahan pada zaman itu adalah:
(1)   Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)
Terdiri dari sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Belanda, yang dibagi menjadi sekolah rendah Eropa (ELS) dan sekolah Bumi Putera (sekolah Cina Belanda/HCS dan sekolah Bumi Putera Belanda/HIS).
(2)   Pendidikan Lanjutan/Menengah (Middlebaar Onderwijs)
Terdiri dari MULO (pendidikan dasar yang diperluas), AMS (lanjutan dari MULO) dan HBS (sekolah tinggi warga negara).
(3)   Pendidikan Kejuruan (Vakonderwijs)
Terdiri dari sekolah pertukangan (Ambachts Leergang) yang berbahasa daerah, sekolah pertungan (Ambachsschool) yang berbahasa Belanda, sekolah teknik (Techisch Onderwijs), sekolah dagang (Handel Onderwijs), pendidikan pertanian (Landbouw Onderwijs), pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Valkonderwijs), dan pendidikan keguruan (Kweekschool).
(4)   Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
Terdi dari pendidikan tinggi kedokteran, pendidikan tinggi hukum dan pendidika tinggi teknik.
e.       Pendidikan Swasta oleh Bumi Putera
(1)   Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan suatu gerakan sosial, sebagai suatu interaksi positif terhadap situasi politik, situasi ekonomi, situasi kebudayaan dan situasi keagamaan pada saat itu. Lahirnya Muhammadiyah merupakan perpanjangan dari gerakan Islam yang terjadi di dunia pada masa itu. Gerakan itu antara lain Wahabi, Salafiyah dan Aligard yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 Novembar 1912 yang dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Jenis-jenis sekolah Muhammadiyah diantaranya Al-Qisnul Alqo (1921), Taman kanak-kanak Muhammadiyah atau Busthanul Athfal (1926), HIS met de Qur’an (1923 di Jakarta, 1926 di Kudus, dan 1928 di Aceh), dan sekolah-sekolah seperti HIS, Volshool, Verpoldschool, dan Schakelschool. Al-Qisnul Alqo kemudian diubah menjadi Hooger Muhammadiyah School, lalu pada tahun 1923 diubah lagi menjadi Kweekschool Islam. Pada tahun 1924, sekolah tersebut dipisahkan antara murid perempuan dan laki-laki. Akhirnya pada tahun 1932 menjadi Muallimien Muhammadiyah (Sekolah Guru Islam Putra) dan Muallimat Muhammadiyah (Sekolah Guru Islam Putri).
(2)   Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewnatara beserta kawan-kawan yang lainnya. Alasan berdirinya Taman Siswa antara lain adalah pendidikan dan pengajaran untuk tiap bangsa berupa pemeliharaan buat mengembangkan benih turunan dari bangsa itu, agar dapat tumbuh dengan sehat lahir dan batinnya, golongan bangsawan masih senang menyekolahkan anaknya padahal anaknya dididik demi kepentingan kolonial, sistem pendidikan kolonial tidak menumbuhkan kehidupan bersama yang mandiri, pendidikan pada saat itu ditujukan untuk kepentingan kolonial.
Azas pendidikan Taman Siswa diantaranya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri. Dasar pendidikan Taman Siswa adalah kodrat alam, kemerdekaan, kebangsaan, kebudayaan, kemanusiaan.
Tujuan pendidikan Taman Siswa adalah mendidik anak agar percaya kepada kekuatan sendiri, tidak menggantungkan diri kepada kekuatan orang lain dan atas dasar budaya bangsa sendiri. Taman Siswa mendirikan sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampat tingkat pendidikan tinggi, yang terdiri dari Taman Indria, Taman Anak, Taman Dewasa, Taman Madya dan Taman Guru.
(3)   INS (Indonesia Nederlansche School)
INS merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammad Syafei pada tahun 1926 di Kayutanam Sumatera Barat. Dasar pendidikan INS adalah berpikir logis dan rasional, keaktifan atau kegiatan, pendidikan kemasyarakatan, memperhatikan bakat anak, menentang intelektualisme, pendidikan keindahan diperlukan sungguh-sungguh, rasa tanggung jawab, dan peranan keagamaan. Tujuan INS adalah mendidik rakyat ke arah kemerdekaan, memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mendidik para pemuda agar berguna bagi masyarakat, menanamkan kepercayaan dan tanggung jawab, tidak menerima sokongan yang mengurangi kebebasan bergerak dalam usaha INS.
Jenis sekolah INS terdiri dari ruang rendah (SD) 7 tahun, ruang antara 1 tahun, ruang dewasa 4 tahun dan ruang masyarakat 1 tahun. Pelajaran ekspresi yang diberikan di INS antara lain olahraga (pendidikan jasmani), perusahaan, peternakan dan pertanian, dan seni (menggambar, memahat, musik, menari, sandiwara, pekerjaan tangan, membuat klise untuk menghias rantai emas).
f.        Masa Pendudukan Jepang
Landasan Idiil pada masa pendudukan Jepang adalah Hakko Ichiu, yaitu bangsa Indonesia bekerja sama dengan bangsa Jepang dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Tujuannya adalah menyediakan tenaga sukarela dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kemenangan Jepang dan melawan tentara sekutu.
Jenis sekolah pada zaman Jepang terdiri dari Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin Gakko), SMP 3 tahun (Koto Chu Gakko), Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun (Kogya Semmon Gakko). Juga didirikan Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran Tinggi.
Pendidikan pada zaman Jepang ini memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia, yaitu bahasa Indonesia berkembang secara luas karena dijadikan bahasa pengantar di sekolah, buku-buku bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, para pemuda memiliki kemampuan bela diri dan perang, kerinduan kepada kebudayaan dan kemerdekaan Indonesia bergejolak, diskriminasi ditiadakan, bangsa Indonesia dididik untuk menjadi pemimpin dan sekolah-sekolah diseragamkan.
4.      Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950
Dasar Pendidikan Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, adalah Pencasila. Pada masa itu, dikeluarkan UU No. 4 Tahun 1945 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia yang diundangkan pada tanggal 4 April 1954.
Tujuan pendidikan dan pengajaran menurut UU No. 4 Tahun 1950 adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Sistem persekolahan Indonesia akhirnya berjenjang sebagai berikut: Pendidikan Rendah (Sekolah Rakyat), Pendidikan Menengah (Pendidikan Menengah Umum, Kejuruan dan Keguruan), dan Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi, Universitas, Sekolah Tinggi dan Akademi).
Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sepuluh hal yang diajukan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Pada tanggal 1 Januari 1946 terbentuk Bagian Pendidikan Masyarakat pada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bertujuan membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang dapat dicapai dengan dua cara, yaitu metode belajar dan metode bekerja yang dilaksanakan secara massal dan integral di suatu desa.
5.      Pendidikan Indonesia Tahun 1950-1959
Tujuan pendidikan didasarkan pada UU No. 4 Tahun 1945 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia, yaitu membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945 dan atas Kebudayaan Kebangsaan Indonesia.
Menurut jenisnya, pendidikan dan pengajaran dibagi atas Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak, pendidikan dan pengajaran rendah, pendidikan dan pengajaran menengah, pendidikan dan pengajaran tinggi.
Salah satu masalah yang dihadapi pemerintah dalam pendidikan adalah kekurangan tenaga guru. Untuk mengatasinya, pemerintah menempuh dua jalan, yaitu dengan memperbanyak jumlah SGB (Sekolah Guru 4 Tahun) dan mengerjakan tenaga Guru yang belum mempunyai wewenang untuk mengajar. Pendidikan agama diberikan mulai kelas empat sekolah rendah sampai sekolah lanjutan tingkat atas dengan jumlah jam 2 jam pelajaran perminggu. Untuk sekolah-sekolah rendah khusus, pelajaran agama diberikan 4 jam perminggu.
6.      Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965
Pendidikan Indonesia pada tahun 1959-1965 berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 yang mulai berlaku menggantikan UUD Sementara, dengan demikian Pancasila kembali pada rumusan seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dasar pendidikannya adalah Pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Terjadi perubahan kurikulum dari jenjang SD sampai SLTA. Kurikulum SD 1964 membedakan dua macam program, yaitu SD yang menggunakan bahasa daerah (kelas I-kelas III) dan SD yang menggunakan bahasa Indonesia (kelas IV-kelas VI). Kurikulum ini terdiri dari lima kelompok bidang studi (wardhana), yaitu perkembangan moral, perkembangan kecerdasan, perkembangan emosional, perkembangan keprigelan dan perkembangan jasmani/kesehatan.
Kurikulum SMP 1962 disebut pula kurikulum Gaya Baru. Kurikulum ini terdiri atas Kelompok Dasar, Kelompok Cipta, Kelompok Rasa/Karsa, dan Krida. Kurikulum SMA mengalami perubahan tiga kali yaitu pada tahun 1952, 1961 dan 1964. Kurikulum SMA 1961 disebut juga kurikulum Gaya Baru. Perubahan kurikulum berkenaan dengan tujuan pendidikan SMA, penggolongan mata pelajaran menjadi empat kelompok (kelompok dasar, khusus, penyerta dan prakarya), dan penjurusan yang mulai dilakukan di kelas III, jurusan tersebut antara lain Budaya, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
7.      Pendidikan Nasional Zaman Perkembangan Orde Baru
a.       Pendidikan Nasional Indonesia Zaman Awal Orde Baru atau Transisi (1966-1969)
Pada masa ini, prinsip pendidikan Panca Wardhana disusul dengan sistem pendidikan nasional Pancasila. Tujuan pendidikannya ialah memebentuk manusia Pancasilais sejati. Isi pendidikannya adlah untuk mempertinggi moral, akhlak dan keyakinan agama, mempertinggi keterampilan dan kecerdasan, dan mempertinggi mutu kesehatan fisik manusia. Struktur persekolahan masih tetap mengikuti struktur lama berdasarkan UU No. 12 Tahun 1954 dan UU No. 22 Tahun 1961.
b.      Pendidikan Nasional Indonesia Pada Masa Pembangunan Jangka Panjang 1 (1969/1970-1993/1994)
(1)   Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional diundangkan dan berlaku sejak 27 Maret 1989, antara lain menyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
(2)   Menurut UU No. 2 Tahun 1989, sistem persekolahan terdiri atas tiga jenjang, yaitu Pendidikan Dasar (SD dan SLTP), Pendidikan Menengah (SMU dan SMK), dan Pendidikan Tinggi (program pendidikan akademik dan program pendidikan profesional.

2.3.         Landasan Historis Kependidikan di Indonesia
Sejarah atau history adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya.
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu kepada generasi muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar dari informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan kebudayaan tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan berdasar pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang, sistem pendidikan yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem pendidikan kolonial.
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-macam corak. Menjelang 67 tahun Indonesia merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang, kita mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut serta menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau dasar pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan, pendidikan diarahkan pada optimasi upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan bangsa.
Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan sebagai institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin dirasakan bahwa SDM Indonesia masih lemah dalam hal daya saing (kemampuan kompetisi) dan daya sanding (kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di dunia.
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau. Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.

2.4.         Implikasi Sejarah terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu.
Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
1.      Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
2.      Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
3.      Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
4.      Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.



BAB III
PENUTUP

4.1.         Simpulan
            Sejarah pendidikan dunia meliputi zaman-zaman seperti zaman Realisme, Rasionalisme, Naturalisme, Developmentalisme, Nasionalisme, Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta Sosialisme. Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dari zaman Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan dan zaman kemerdekaan. Yang menjadi landasan historis kependidikan di Indonesia adalah semua pengalaman dan pandangan masa lalu bangsa Indonesia yang dapat dijadikan cerminan untuk perbaikan dalam dunia pendidikan di masa depan.
4.2.         Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini adalah agar pembaca lebih memahami dan mempelajari landasan historis pendidikan Indonesia agar dapat dijadikan cerminan dalam memperbaiki pendidikan masa kini.


DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

0 komentar:

Post a Comment